Kamis, 29 Mei 2014

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN



“PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN”

BAB I
A.    TEORI DAN TEKNIK KEPEMIMPINAN
Teori kepemimpinan adalah:
a)      Suatu pengeneralisasian dari suatu fakta mengenai sifat-sifat dasar dan prilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinan.
b)      Dengan menekan latar belakang historis dan sebab musabab timbulnya kepemimpinan serta persyarakatan untuk menjadi pemimpin
c)      Sifat-siafat yang di perlukan oleh seorang pemimpin, tugas-tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi yang perlu di pakai oleh pemimpin.
Teknik kepemimpinan adalah:
a)      Kemampuan dan terampilan dan teknis pemimpin dalam menerapkan teori-teori kepemimpinan di tengah praktek kehidupan dan dalam organisasi tertentu
b)      Melingkupi konsep-konsep pemikirannya, prilaku sehari-hari serta peralatan yang digunakan.
Kepemimpinan sifatnya universal: selalu ada, dan senantiasa di perlukan pada setisp usaha bersama manusia. Kepemimpina adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin. Kepemimpinan muncul sebagai hasil dari interaksi otomatis antara pemimpin dan yang di pimpin. Kepemimpinan berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi, dan mengerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, demi mencapai suatu tujuan tertentu.
B.     PEMIMPIN FORMAL DAN INFORMAL
Pemimpin formal adalah orang yang oleh organisasi / lembaga tertentu di tunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan penganagkatan resmi untuk memangku jabatan dalam struktur organisasi, dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai sasaran organisasi.
Cirri-ciri pemimpin formal:
1.      Berstatus sebagai pemimpin selama masa jabatan tertentu,atas dasar legalitas formal oleh penunjukan pihak yang berwenang.
2.      Harus memenuhi beberapa persyaratan
3.      Diberi dukungan oleh organisasi untuk menjalan tugas dan kewajibannya
4.      Mendapatkan balas jasa materiil dan  immaterial
5.      Adanya promosi atau kenaikan pangkat dandapat di mutasikan
6.      Apabila melakukan kesalahan akan dikenai sanksi dan hukuman
7.      Di beri kekuasaan dan wewenang
Pemimpin informal adalah orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin, nanum karena ia memiliki sejumlah kualitas unggul, dia mencapai kedudukan seabagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan prilaku suatu kelompok atau masyarakat.
Cirri-ciri pemimpin informal:
1.      Tidak memiliki legalitas sebagai pemimpin
2.      Di tunjuk oleh sekelompok rakyat atau masyarakat untuk menjadi pemimpin
3.      Banyak mendapat dukungan dari organiasi formal dalam menjalankan tugas kepemimimpinananya
4.      Tidak mendapatkan imbalan atau balas jasa hanya sukarela saja
5.      Tidak dapat promosi dan tidak bisa di mutasikan
6.      Tidak dapat dihukum hanya respek orang terhadapnya menjadi berkurang.
Baik pemimpin formal dan pemimpin informal dapat menduduki suatu jabatan di sebabkan oleh fakor beikut ini:
1.      Penunjukan dan penetapan dari atasan
2.      Karena warisan kedudukan yang berlangsung secara turun-temurun
3.      Karena di pilih oleh pengikut dan para pendukungnya
4.      Karena pengakuan tidak resmi oleh bawahan
5.      Karena kelebihan yang dimiliki beberapa kualitas pribadi
6.      Karena tuntutan situasi-kondisi atau kebutuhan zaman
Kepemimpina berfungsi sebagai pengerak/ dinamisator dan coordinator dari SDM, SDA , semua dana,  dan sarana yang disiapkan oleh sekumpulan manusia yang berorganisasi. Manajemen adalah aktivitas dalam organisasi, terdiri dari penentuan tujuan, dan penentuan sarana untuk mencapai sasaran secar efektif. Administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan bergantung pada kepemimpinannya yaitu apakah kepemimpinan tersebut mampu mengerakan semua sumber baik SDM, SDA, sarana, dana, dan waktu secara efektif dan efesien serta terpadu dalam proses manajemen. Karen itu kepemimpinan merupakn inti dari organisasi, manajemen dan administrasi.
BAB II
Beberapa aspek penting yang perlu dibahas dan di perhatikan oleh pemimpin adalah motivasi dan lingkungan kerja. Motivasi ialah sebab, alsan dasr, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu. Motivasi kerja tidak hanya berwujud kebutuhan ekonomis yang sifatnya materil saja akan tetapi bisa juga berwujud respek/ penghargaan dari lingkungan, prestise dan status social yang semuanya merupakan bentuk ganjaran social yang imateril sifatnya. Dalam bekerja dan berarya manusia melaksanakan semua bakat dan potensinya , sehingga dia mentranformasikan diri sendiri dan dunia untuk membudaya. Dengan begitu dia mengangkat diri sendiri dan dunia pada tingkat human.seluruh kegiatan manusia ini adalah bentuk aktivitas kultur, yaitu terdapat unia yang dimanusiakan oleh manusia, kemudian dijadikan milik manusia di bangun/ dikerjakan secar individu atau kolektif dalam bentuk organisasi yang teratur, yang terpimpin dengan baik.
Orang bekerja pada dasrnya secara primer tidak selalu dikuasai oleh moti-motif ekonomis belaka.sebab dibalik perolehan keuntungan dan uang, terdapat juga dorongan batiniah yang sangat kuat untuk mencari status social diman individu dapat berakar, untuk dihargai orang lain, mencari sekuritas, untuk diterima menjadi bagian terintegrasi dari suatu unit untuk memainkan suatu peran.


BAB III
A.    Teori kepemimpinan
Teori kepemimpinan adalah penggeneralisasian prilaku pemimpin dan konsep kepemimpinanaya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-musabab tim bulnya kepemimpinan, persyaratan menjadi pemimpin, tupoksi serta etika profesi kepemimpinan.          
1.      Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan
Kepemimpinan muncul bersama-sama adanya peradaban manusia yaitu sejak zaman nabi-nabi dan nenek moyang manusia yang berkumpul bersama, lalu bekerja bersama-sama untuk mempertahankan eksistensi hidupnya menantang kebuasan binatang dan alam sekitarnya.sejak itulah terjadi kerja sama antara manusia dan ada unsure kepemimpinan. Pada sat itulah orang yang ditunjuk sebagai pemimpin ialah orang yang paling kuat paling cerdas dan pemberani.
2.      Sebab- musabab munculnya pemimpin
Teori yang menjelaskan munculnya kepemimpinan adalah:
a)      Teori genetis
·         Bakat – bakat alami yang luar biasa di bawa sejak lahir
·         Ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaimana pun juga
·         Menganut pandangan deterministis
b)      Teori social
·         Pemimpin di siapkan, di didik dan di bentuk artinya idak terlahir begitu saja
·         Setiap orang bisa menjadi pemimpin
c)      Teori ekologis atau sintesis
Seseorang akan sukses menjadi pemimpin , bila sejak lahir dia telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, an bakat ini sempat di kembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan juga sesuai dengan tuntutan lingkungan atau ekologisnya.

3.   Tipe dan gaya kepemimpinan
Tipe-tipe kepemimpinan:
1)      Diserter (pembelot)
2)      Birokrat
3)      Misionaris
4)      Developer
5)      Otokrat
6)      Otokrat yang bijak (benevolent autocrat)
7)      Compromiser (kompromis)
8)      Eksekutif
Syarat-syarat kepemimpinan:
1)      Kekuasaan ialah kekuatan ,otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatau
2)      Kewibawaan iadalah kelebihan , keunggulan, keutamaan,sehingga orang mampu mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu
3)      Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan yang di anggap melebihi kemampuan anggota biasa.

Menurut stogdill Pemimpinan harus memiliki beberapa kelebihan antara lain:
·   Kapasitas
·   Prestasi
·   Tanggung jawab
·   Partisipasi
·   Status
Menurut Earl nightingale (1965) kemampuan dan syarat yang harus dimiliki seorang pemimpin, antara lain:
·   Kemandirian , berhasrat memajukan diri sendiri
·   Besar rasa ingin tahu, dan cepat tertarik pada manusia dan benda-benda
·   Multiterampil, memiliki kepandaian yang beraneka ragam
·   Memiliki rasa humor, antusiasme yang tinggi dan suka berkawan
·   Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna
·   Mudah menyesuaikan diri, adaptasi yang tinggi
·   Sabar namun ulet
·   Waspada ,peka , jujur , optimis, berani , gigih
·   Komunikatif
·   Berjiwa wiraswasta
·   Sehat jasmani
·   Tajam firasatnya
·   Berpengetahuan luas
·   Memiliki motivasi tinggi, dan
·   Punya imajinasi yang tinggi
4.      Sifat-sifat pemimpin
Menurut Orway tead, mengemukan 10 sifat pemimpin, antara lain sebagai berikut?
1)      Energy jasmaniah dan mental
2)      Kesadaran akan tujuan dan arah
3)      Antusiasme
4)      Keramahan dan kecintaan
5)      Integritas
6)      Penguasaan teknis
7)      Ketegasan dalam mengambil keputusan
8)      Kecerdasan
9)      Keterampilan mengajar
10)  Kepercayaan
Menurut George R. terry (1964) ada 10 sifat pemimpin yang unggul
1)      Kekuatan
2)      Stabilitas emosi
3)      Pengetahuan tentang relasi insani
4)      Kejujuran
5)      Objektif
6)      Dorongan pribadi
7)      Keterampilan berkomunikasi
8)      Kemampuan mengajar
9)      Keterampilan social
10)  Kecakapan teknis/ manajerial
BAB IV         
Kepemimpinan Meode dan Tipe Kepemimpinan
I.                   Kepemimpinan dan Metode Kepemimpinan
Dahulu banyak orang berpendirian, bahwa kepemimpinan itu tidak dapat dipelajari. Sebab kepemimpinan adalah suatu bakat yang diperoleh orang sebagai kemampuan istimewa yang dibawa sejak lahir. Jadi, orang menyatakan bahwa memang tidak ada dan tidak diperlukan teori dan ilmu kepemimpinan. Suksesnya kepemimpinan itu disebabkan oleh keberuntungan seorang pemimpin yang memiliki bakat alam yang luar biasa, sehingga dia memiliki karisma dan kewibawaan untuk memimpin massa yang ada disekitarnya.
Yang dapat dikemukakan mengenai kepemimpinan itu adalah sebagai berikut :
a.       Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas, dipelukan bagi stu situasi khusus.
b.      Pada umumnya pemimpin itu juga memiliki beberapa sifat-sifat superior, melebihi kawan-kawan lainnya atau melebihi para pengikutnya.
Beberapa definisi mengenai kepemimpinan adalah sebagai berikut :
a.       Bisnis mengenai kepemimpinan berkata kepemimpinan merupakan Proses dengan mana seorang agen menyebabkan bawahan bertingkah laku menurut satu cara tertentu
b.      Ordway Tead dalam bukunya The Art of Leadership menyatakan kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
c.       George R. Terry dalam bukunya Principle of Management berkata kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai ttujuan-tujuan kelompok.
d.      Howard H. Hoyt dalam bukunya Aspec of Modern Publik Administration menyatakan kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang.
Klasifikasi Kepemimpinan :
1.      W.M. Conway mebagi atas :
·         The crowd-compeller, yaitu kepemimpinan dengan jalan memaksakan kehendak sendiri kepada khalayak ramai/kelompok.
·         The crowd-exponent, merupakan penerjemah atau penampilan dari khalayak/kelompok.
·         The Crowd-representative, yaitu wakil atau utusan dari khalayak ramai
2.      F.C Barlet membagi kepemimpinan atas :
·         Kepemimpinan institusional atau kelembagaan
·         Kepemimpinan yang dominan
·         Kepemimpinan persuasif, yang dapat mengajak dan meyakinkan.
3.      A.B. Wolfe membagi atas :
·         Kepemimpinan konservatif (kolot, kuna).
·         Kepemimpinan radikal
·         Kepemimpinan yang ilmiah.
4.      Kimball Young seorang profesor sosiologi terkenal dari Amerika Serikat mebagi kepemimpinan dalam leadership/kepemimpinan dan headship/perkepalaan.
·         Kepemimpinan merupakan bentuk dominasi didasari kemampuan pribadi yang sanggup mendorong dan mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan akseptansi/penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus.
·         Perkepalaan/headship atau pemimpin institusional dikaitkan dengan kekuasaan formal yang bisa dioperkan secara kultural.
Dari suatu segi, kepemimpinan dapat dilihat sebagai instrumen dalam suatu organisasi, yang memiliki kekuatan dan kekuasaan tertentu untuk melancarkan kegiatan organisasi dalam mengejar tujuan bersama.
Kepemimpinan juga dapat dilihat sebagai produk satu keadaan, yang ditentukan oleh tiga faktor, yaitu :
a.       Pribadi pemimpin dengan cara hidup dan filsafat hidupnya.
b.      Struktur kelompok dengan ciri-ciri khasnya,
c.       Problema dan kejadian-kejadian yang berlangsung pada saat itu.
Interaksi antara pemimpin dan situasi lingkungannya membentuk tipe kepemimpinan tertentu. Sedang proses interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya akan memunculkan dinamika serta hukum-hukumnya tersendiri, yang menjadi sistim interaksi dalam membentuk tokoh pemimpin dan kepemimpinan.
Fungsi Kepemimpinan Organisasional
Adapun fungsi kepemimpinan organisasional (pemimpin di dalam organisasi) ialah :
a.       Memprakarsai struktur organisasi
b.      Menjaga adanya koordinasi dan integritas organisasi supaya semuanya beroperasi secara efektif
c.       Merumuskan tujuan institusional atau organisasional, dan menentukan sarana serta cara-cara yang efisien untuk mencapai tujuan tersebut
d.      Menengahi pertentangan dan konflik-konflik yang muncul dan mengadakan evaluasi serta evaluasi ulang
e.       Mengadakan revisi, perubahan, inovasi pengembangan dan penyempurnaan dalam organisasi.
Metode Kepemimpinan
Metode kepemimpinan ialah cara bekerja dan bertingkah laku pemimpin dalam membimbing para pengikutnya untuk berbuat sesuatu.
Ordway Tead dalam bukunya (The Art of Administration, 1951) mengemukakan metode bencikepemimpinan, dibawah ini :
1.      Memberi perintah
Perintah itu timbul dari situasi formal dan relasi kerja. Karena itu perintah adalah fakta fungsional pada organisasi, kedinasan atau jawatan pemerintah atau swasta, berbentuk instruksi, komando, peraturan tata tertib, standar praktik atau perilaku yang harus dipatuhi.
2.      Memberikan calaan dan pujian
Celaan harus diberikan secara objektif dan tidak bersifat subjektif. Juga tidak disertai emosi-emosi yang negatif (benci, dendam, curiga, dan lain-lain). Celaan sebaiknya berupa teguran dan dilakukan secar rahasia, tidak secara terbuka dimuka banyak orang. Sebaliknya, pujian diberikan sebab pribadi yang berangkutan telah melakukan tugasnya dengan baik dan mampu berprestasi.
3.      Memupuk tingkah laku priibadi pemimpin yang benar
Pemimpin harus bersifat objektif dan jujur. Ia harus menjauhkan diri dari rasa pilih-kasih atau favoritisme karena hal ini bisa menurunkan moral anggota-anggota lainnya, menumbuhkan keraguan, kemuakan serta kecemburuan sosial.
4.      Peka terhadap saran-saran
Sifat pemimpin itu harus luwes dan terbuka dan peka pada saran-saran eksternal yang positif sifatnya. Dia harus menghargai pendapat-pendapat orang lain, untuk kemudian mengkombinasikannya dengan ide-ide sendiri.
5.      Memperkuat rasa kesatuan kelompok
Untuk menghadapi macam-macam tantangan luar dan kekomplekan situasi masyarakat modern, pemimpin perlu bisa menciptakan rasa kesatuan kelompoknya, dengan loyalitas tinggi dan kekompakan yang utuh.
6.      Menciptakan disiblin diri dan disiblin kelompok
Setiap kelompok akan mengembangkan tata cara dan pola tingkah laku yang hanyya berlaku dalam kelompok sendiri, yang harus ditaati oleh seluruh anggota. Hal ini penting untuk membangkitkan rasa tanggung jawab, uniformitas, dan disiblin kelompok.
7.      Meredam kabar angin dan isu-isu yang tidak benar
Kesatuan dan efektivitas kerja dari kelompok bisa di guncang oleh gangguan kabar-kabar angin dan desas-desus yang tidak benar, beserta fitnahan-fitnahan dari luar, yang diarahkan pada perorangan atau padda organisasi secara keseluruhan.
II.                Kepemimpinan yang tidak efisien
Inteligensi rendah, sifat penakut dan pengecut, sikap yang egoitis atau individualitis, atribut infantil (kekanak-kanakan), tidak bertanggung jawab, dan lain-lain, semua itu merupakan ciri-ciri negatife yang tidak patut dimiliki oleh seorang pemimpin demokratis dalam kelompok individu yang sehat. Maka pemimpin yang tidak efisien itu semisal mesin termostat kuno yang secara tidak perduli memberikan panasnya ( perintah, instruksi, komando, tekanan dan kesewenang-wenangannya) kepada sekitar. Sebab dia memiliki kepribadian yang kaku, tertutup, tidak peka, tidak perdulian, dan selalu tidak mau menerima pesan serta informasi dari para pengikutnya. Sifat-sifatnya aneh, tidak lumrah, tidak patut dan tidak komunikatif.
III.             Teori Tentang Kepemimpinan
G.R Terry mengemukakan sejumlah teori kepemimpinan, yaitu teori-teori sendiri ditambah dengan teori-reori penulis lain, sebagai berikut :
1. Teori Otokratis dan Pemimpin Otokratis
Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas perintah-perintah, paksaan, dan tindakan-tindakan yang arbitrr (sebagai wasit). Ia melakukan pengawasan yang ketat, aagar semua pekerjaan berlangsung secara efesien. Kepemimpinannya berorientasi pada struktur organisasi dan tugas-tugas.
2. Teori Psikologis
Teori ini menyatakan, bahwa fungsi seorang pemimpin adalah memunculkan dan mengembangkan sistim motivasi terbaik, untuk merangsang kesediaan bekerja dari para pengikut dan anak buah. Pemimpin merangsang bawahan agar mereka mau bekerja guna mencapai sasaran-sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi.
3. teori Sosiologis
Kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan antar-relasi dalam organisasi, dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para pengikutnya, agar tercapai kerja sama yang baik
.4. Teori Suportif
Menurut teori ini, para pengikut harus berusaha sekuat mungkin dan bekerja dengan penuh gairah, sedang pemimpin akan membimbing dengan sebaik-baiknya melalui policy tertentu. Pemimpin perlu menciptakan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan, ddan bisa membantu mempertebal keinginan setiap pengikutnya untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin, sanggup bekerja sama dengan pihak lain, mau mengembangkan bakat dan keterampilannya dan menyadari benar keinginan sendiri untuk maju.
5.      Teori Laissez Faire
Kepemimpinan laissez faire ditampilkan oleh seorang tokoh “ketua dewan” yang sebenarnya tidak becus mengurus dan dia menyerahkan semua tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua anggotanya. Dia adalah seorang anggota yang berindak sebagai simbol, dengan macam-macam hiasan atau ornamen yang mentereng. Biasanya dia tdak memiliki keterampilan teknis. Sedangkan kedudukan sebagai pemimpin ( direktur, ketua dewan, kepala, komandan, dan lain-lain) dimungkinkan oleh sistim nepotisme, atau lewat praktik penyauapan.
6.      Teori Kelakuan Pribadi
Kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas pribadi atau pola-pola kelakuan para pemimpinnya. Teori ini menyatakan, bahwa seorang pemimpin itu selalu berkelakuan kurang lebih sama, yaitu ia tidak melakukan tindakan-tindakan yang identik sama dalam setiap situasi yang dihadapi.
7.      Teori Sifat Orang-orang Besar
Ada beberapa ciri-ciri unggul sebagai predisposisi yang diharapkan akan dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu memiliki inteligensi tinggi, banyak inisiatif, energik, punya kedewasaan emosional, memiliki daya persuasif dan keterampilan komunikatif, memiliki kepercayaan diri, peka, kreatif, mau memberikan partisipasi sosial yang tinggi, dan lain-lain.
8.      Teori Situasi
Menjelaskan bahwa harus terdapat daya lenting yang tinggi/luwes pada pemimpin untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan situasi, lingkungan sekitar dan zamannya.
9.      Teori Humanistik/Populastik
Fungsi kepemimpinan menurut teori ini ialah merealisir kebebasan manusia dan memenuhi segenap kebutuhan insani, yang dicapai melalui interaksi pemimpin dengan rakyat. Untuk melakukan hal ini perlu adanya organisasi yang baik dan pemimpin yang baik yang mau memperhatikan kepentingan dan kebutuhan rakyat.
IV.             Tipe Kepemimpinan
Selanjutnya, ada kelompok sarjana lain yang membagi tipe kepemimpinan sebagai berikut :
1.      Tipe Karismatik
Tipe kepemimpinan karismatik ini memiliki kekuatan energi, daya-tarik dan pembawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya.
2.      Tipe Paternalistis
Yaitu tipe kepemimpinan yang kebapakan, dengan sifat-sifat antara lain sebagai berikut :
a.       Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.
b.      Dia bersikap terlalu melindungi
c.       Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri
d.      Dia hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif
e.       Dia tidak memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada pengikut dan bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri.
f.       Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

3.      Tipe Militeristis
Adapun sifat-sifat pemimpin yang militeristis antara lain ialah :
a.       Lebih banyak menggunakan sistim perintah/komando terhadap baahannya, keras, sangat otoriter, kaku dan sering kali kurang bijaksana.
b.      Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.
c.       Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan.
d.      Menuntut adanya disiblin keras dan kaku dari bawahannya.
e.       Tidak menghendaki saran, usul, sugesti dan kritikan dari bawahan.
f.       Komunikasi hanya berlangsung searah saja.

4.      Tipe Otokratis
Kepemimpinan otokratis mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai pemain tunggal pada a one-man show. Ia berambisi sekali untuk merajai situasi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa bekonsultasi dengan bawahannya. Anak buah tidak pernah diberi informasi mendetail mengenai rencana dan tindakan yang harus dilakukan. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi pemimpin sendiri.
5.      Tipe Laissez Faire
Pada tipe ini, pemimpin prktis tidak memimpin dia membiarkan kelompoknya dan seiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Dia merupakan pemimpin simbol, dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis.
6.      Tipe Populistis
Kepemimpinan populistis ini berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional. Juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang-hutang luar negeri (asing).
7.      Tipe Administratif atau Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Sedang para pemimpinnya terdiri dari teknokrat dan adminstratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan.
8.      Tipe Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerja sama yang baik.
BAB V           
Asas dan Fungsi Kepemimpinan
Tugas-Tugas Pemimpin
I.                   Asas dan Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan ialah memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi/pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.
Dalam tugas-tugas kepemimpinan tercakup pula pemberian insentif sebagai motivasi untuk bekerja lebih giat. Intensif material dapat berupa uang, sekuritas fisik, jaminan sosial, jaminan kesehatan, premi, bonus, kondisi kerja yang baik, pensiun fasilitas tempat tinggal yang menyenangkan, dan lain-lain. Juga bisa diwujudkan dalam bentuk insentif sosial berupa promosi jabatan, status sosial tinggi, martabat diri, prestise sosial, respek, dan lain-lain.
Asas-asas kepemimpinan ialah :
a.       Kemanusiaan, mengutamakan sifat-sifat kemanusiaan, yaitu pembimbingan manusi oleh manusia, untuk mengembangkan potensi dan kemampuan setiap individu, demi tujuan-tujuan human.
b.      Efisien, efisiensi teknis maupun sosial, berkaitan dengan terbatasnya sumber-sumber, materi dan jumlah manusia, atas prinsip penghematan, adanya nilai-nilai ekonomis, serta asas-asas manajemen modern.
c.       Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata, menuju pada taraf kehidupan yang lebih tinggi.

II.                Teknik Kepemimpinan
Teknik kepemimpinan ialah kemampuan dan keterampilan teknis serta sosial pemimpin dalam menerapkan teori-teoi kepemimpinan pada praktik kehidupan serta praktik organisasi, yaitu : melingkupi konsep-konsep pemikiran, perilaku sehari-hari, dan semua peralatan yang dipakai.
Teknik kepemimpinan ini antara lain :
1.      Etika profesi pemimpin dan etiket.
2.      Kebutuhan dan motivasi ( manusia ).
3.      Dinamika kelompok.
4.      Komunikasi.
5.      Kemampuan pengambilan keputusan.
6.      Keterampilan berdiskusi dan permainan lainnya.

III.             Etika Profesi Pemimpin dan Etiket
Etika profesi kepemimpinan itu mengandung kriteria sebagai berikut :
1.      Pemimpin harus mempunyai satu atau beberapa kelebihan dalam pengetahuan, keterampilan sosial, kemahiran teknis serta pengalaman,
2.      Sehingga dia kompeten melakukan kewajiban dan tugas-tugas kepemimpinannya, disamping
3.      Mampu bersikap susila dan dewasa.
4.      Memiliki kemampuan mengontrol diri yaitu mengontrol pikiran, emosi, keinginan dan segenap perbuatannya, disesuaikan dengan norma-norma kebaikan.
5.      Selalu melandaskan diri pada nilai-nilai etis (kesusilaan, kebaikan).
6.      Dikenai sanksi.
Dengan demikian, etika profesi pemimpin memberikan landasan kepada setiap pemimpin untuk selalu :
1.      Bersikap kritis dn rasional
2.      Bersikap otonom
3.      Memberikan perintah-perintah dan larangan yang adil dan harus ditaati oleh setiap lembaga dan individu.
Yang berkaitan erat dengan etika profesi kepemimpinan ialah etiket yang harus ditetapkan oleh pemimpin. Etiket pemimpin itu sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendidikan dan sivilisasi pribadi pemimpin. Juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat kebudayaan sebagai konteks-sosial yang mewadahi pribadi pemimpin.
BAB VI         
Dinamika Kelompok Organisasi Formal dan Informal
I.                   Dinamika Kelompok
Kelompok  itu adalah kumpulan yang terdiri dari dua atau lebih individu, dan kehadiran masing-masing individu mempunyai arti serta nilai bagi orang lain, dan ada dalam situasi saling mempengaruhi. Pada setiap anggota kelompok tadi selalu kita dapati aksi-aksi dan reaksi yang timal balik. Jadi ada dinamika kelompok.
Longgar atau kompaknya ketergantungan para anggota kelompok tadi diteentukan oleh beberapa faktor, antara lain oleh :
1.      Besarnya anggota kelompok,
2.      Tujuan yang hendak dicapai bersama-sama,
3.      Bentuk organisasi yang telah dibangun,
4.      Intimitas para anggotanya satu terhadap lainnya.
Individu dalam kelompoknya itu sifatnya dinamis, sebab saling mempengaruhi dan saling mendorong.

II.                Fungsi Kelompok Bagi Individu, dan Fungsi Pemimpin
Fungsi kelompok bagi individu, ialah sebagai berikut :
a.       Kelompok itu memberikan wadah-sosial dan ruang hidup psikologis kepada individu, sehingga memunculkan sense of belonging (merasa menjadi anggota dari satu kelompok), untuk berprestasi dan bekerja sama dengan orang lain.
b.      Menjadi kader-referensi untuk mengaitkan diri, sehingga muncul loyalitas, kesetiakawanan.
c.       Memberikan rasa aman/sekuritas
d.      Memberikan ideal-ideal, cita-cita, tujuan-tujuan (hidup) tertentu dan asas-asas perjuangan bagi hidupnya.
e.       Kelompok dijadikan alat atau wahana untuk mencapai cita-cita hidupnya dan untuk membangun bersama-sama.
f.       Di dalam kelompok, individu menjadi satu bagian dari gestalt kelompok.
Fungsi pemimpin dalam kelompok
Tugas pemimpin dalam kelompok ialah :
1.      Memelihara struktur kelompok, menjamin interaksi yang lancar dan memudahkan pelaksanaan tugas-tugas
2.      Menyinkronkan ideologi, ide, pikiran, dan ambisi anggota kelompok dengan pola keinginan pemimpin.
3.      Memberikan rasa aman dan status yang jelas kepada setiap anggota, sehingga mereka bersedia memberikan partisipasi penuh.
4.      Memanfaatkan dan mengoptimasikan kemampuan, bakat, dan produktivitas semua anggota kelompok untuk berkarya dan berprestasi.
5.      Menegakkan peraturan, larangan, disiblin dan norma-norma kelompok agar tercapai kepaduan kelompok, meminimalisir konflik dan perbedaan-perbedaan.
6.      Merumuskan nilai-nilai kelompok, dan memilih tujuan-tujuan kelompok
7.      Mampu memenuhi harapan, keinginan dan kebutuhan para anggota

III.             Organisasi Formal dan Informal
Organisasi formal adalah organisasi yang ada di atas kertas, dengan relasi-relasi logis berdasarkan peraturan, konvensi dan kebijakan dari organisasi dengan pembagian tugas pekerjaan dengan hierarki kerja.
Ciri-ciri khas organisasi formal :
1.      Bersikap impersonal
2.      Kedudukan setiap individu berdasarkan fungsi masing-masing di dalam suatu sistim hierarki, dengan tugas pekerjaan masing-masing.
3.      Ada relasi formal berlandskan alasan-alasan idiil dan konvensi/ status resmi dalam organisasi.
4.      Suasana kerja dan komunikasi berlandaskan pada kompetisi/persaingan dan efisiensi.
Organisasi informal ialah sistem interelasi manusiawi berdasarkan rasa suka, dengan iklim psikis yang intim, kontak muka, berhadapan muka serta moral tinggi.
Ciri-ciri khas organisasi informal antara lain :
1.      Terintegrasi dengan baik
2.      Diluar kelompok primer atau informal ini terdapat kelompok yang lebih besar, yaitu kelompok formal/sekunder dimana kelompok primer menjadi bagian dari padanya.
3.      Setiap anggota secara individual mengadakan interelasi berupa jaringan perikatan yang pribadi atau personal disertai komunikasi akrab.
4.      Terdapat iklim psikis suka dan tidak suka atau acuh dan tidak acuh.
5.      Sedikit atau banyak, setiap anggota mempunyai sikap yang pasti terhadap anggota-anggota lainnya dan dimuati afeksi serta emosi-emosi tertentu.




Bab  VII
Pemimipin Dan Komunikasi
Pemimpin harus selalu berkomunikasi dengan semua pihak, baik melalui hubungan formal maupun informal. Suksesnya pelaksanaan tugas pemimpin itu sebagian besar ditentukan oleh kemahirannya menjalin komunikasi yang tepat dengan semua pihak, secara horizontal maupun secara vertikal, ke atas dan ke bawah.
v  Persyaratan dan Bentuk- bentuk Komunikasi
  • Syarat-syarat komunikasi bersifat permisif yaitu sebagai berikut
1.      Dalam suasana bebas, gembira, tanpa tekanan-tekanan tertentu, pemimpin menerima individu lain tanpa prasangka dan dengan lapng dada.
2.      Pemimpin menghargai kelebihan orang lain, dan memahami  serta mamaffkan kelebihan masing-masing orang
3.      Bersedia mendengar pendapat orang lain
  • Bentuk- Bnetuk  Komunikasi
Keberhasilan kepemimpinan  tergantung pada kemampuan pemimpin menjabarkan kebijakan/policy organisasi dan ide-ide yang praktis bisa dilaksanakan oleh bawahannya.. maka komunikasi yang efektif akan memudahkan penjabarab kebijakan tersebut. Komunikasi juga menjadi sarana primer untuk mengubah tingkah laku, dengan jalan mempengaruhi dan meyakinkan para bawahannya.  Maka dua bentuk komunikasi dalam Kepemimpinan organisasi adalah :
1.      Komunikasi Satu Arah ( One Way Communication)
Keuntungan Komunikasi satu arah
*      Dapat berlangsung cepat dan efisien, serta top-down
*      Dapat melindungi pemimpin, sehingga bawahan tidak dapat menilai melihat kesalahan dan kelemahan pemimpin
            Kelemahan Komunikasi satu arah
*      Kepemimpinannya bersifat otoriter
*      Dapat menimbulkan ketidakjelaasan, salah paham, penafsiran kelliru, sentiment, dan banyak ketegangan.
2.      Komunikasi Dua Arah
Keuntungan komunikasi dua arah
*      Semua perintah dapat diterima dengan tepat dan akurat, karena dapat di diskusikan apabila pesa-pesan yang diberikan kurang dimengerti.
*      Bisa mengurangi salah paham dan salan interpretasi
*      Suasana lebih demokratis
Kelemahan komunikasi dua arah
*      Komunikasi dan kepatuhan berjalan lambat
*      Kemungkinan muncul sikap menyerang pada bawahan dan sikap bertahan pada pemimpin.
*      Setiap saat bisa timbul masalah-masalah baru  yang dapat mentulitkan posisi pemimpin.
v  Faktor – Factor Penebab Komunikasi  Yang Tidak Lancer
*      Pembagian tugas pekerjaan yang sangat kompleks sehingga menghambat komunikasi dan mentulitkan terjadinya koordinasi yang baik
*      Terlalu banyaknya kompetisi dan persaingan yang tidak sehat
*      Latar belakang sosio-kultural yang berbeda- beda
*      Pengabaian faktor-faktor personal dan emosional dari kepribaadian individu.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai dinamisator dan organisator, pemimpin  harus
selalu berkomunikasi, baik melalui hubungan formal maupun informal.
Hubungan formal adalah jalinan ikatan anatara pemimpin dengan bawahan  berdasarkan konvensi,ketentuan hukum,saluran resmi dan jaur komnado untuk melaksankan koordinasi dan manajemen.sedangkan hubungan informal adalah hubungan berupa kontak pribadi, pertemuan prive, tukar menukar pendapat/pikiran dengan prosedir pergaulan biasa.
v  Pengambilan Keputusan
            Dalam kondisi ketidakpastian dengan banyak perubahanyang mendadak, maka kativitas pengambilan keputusan merupakan unsure yang paling penting. Namun juga paling sulit untuk dilakukan. Apabila pemimpin mampu denga tangkas,cerdas, cepat dan arif bijaksana mengambil keputusan dengan tepat, maka organisasi atau administrasi bisa berfungsi secara efektif dan produktif.
H.A Simon dalam bukunya Administrative Behaviour (1947), mengungkapkan 3 proses pengambilan keputusan, yaitu:
1.      Intelegency Activity, yaitu proses penelitian siatuasi dan kondisi dengan wawasan yang intelegensi.
2.      Design Activity, yaitu proses menemukan masalah, mengembangkan pemahaman dan menganalisa kemungkinan pemecahan masalah serta tindakan lebih lanjut , jadi ada perencanaan pola kegiatan.
3.      Choice Activites yaitu memilih salah satu tindakan dari sekian banyak alternative atau kemungkinan pemecahan masalah.
v  Keterampilan Berdiskusi
Kemampuan berdiskusi merupakan sala satu persyaratan yang mutlak perlu bagi setiap
unsure pimpinan. Sebab diskusi merupakan salah satu cara berkomunikasi dengan atasan, kolega, dan  bawahan. Untuk memecahkan suatu permasalahan.
·         Manfaat  Diskusi
*      Dapat memperluas dan memperdalam pengetahuan, penyelesaian masalah, memperlebar sudut pandang dan ruang lingkup permasalahan, serta merperluas kemungkinan pemecahan
*      Akumulasi ide-ide yang konstruktif dan kejelasan yang lebih gamblang
*      Meningkatkan proses pengedepanan masalah, proses internalisasi, juga refleksi perenungan pemikiran kembali berdasarkan wawasan baru.pembentukan kepribadian yang lebih kaya pengetahuan dan lebih matang
·         Tujuan Berdiskusi
*      Untuk memikirkan beberapa alternative kemungkinan pemecahan, yang di perlukan dalam pengambilan keputusan
*      Untuk mendapatkan informasi dan data selengkap mungkin dan memikirkan masalah seefisien munngkin.
Bab VIII
Rekapitulasi Tugas-Tugas Pemimpin
Rekapitulasi tugas-tugas pemimpin yang bisa dibedakan dari tugas anggota biasa ialah sebagai berikut:
1.      Dalam prurutan waktu yang relative menjadi pendek
2.      Pemimpin harus mampu menyusun kebijakan/policy yang bijaksana, dan mampu mengadakan seleksi seara cermat dan tepat serta banyak alternatife
3.      Pemimpin setiap saat akan dikonfrontasikan oleh peristiwa-peristiwa baru
4.      Pemimpin harus bisa menerjemahkan atau menafsirka ide-ide, konsep dan policy  organisasi
5.      Pada struktur piramida, pemimpin tertinggi mempunyai mempunyai kewibawaan tertinggi. Kekuasaan nterteletak pada tangan pemimpin
6.      Pemimpin harus sanggup berfikir kreatif, orisinil, otentik, dan futuristic( melihat jauh ke depan).
7.      Pemimpin harus mampu membangun sikap kooperatifdan partisipatif pada setisp bawahannya.
8.      Pemimpin harus adil dan menegakkkan keadilan dalam organisasi
9.      Keseimbangan antara pelaksanaan rutin
10.  Tugas yang paling sulit bagi seorang pemimpin adalah pengambilan keputusan( decision making)
11.  Pemimpin harus bertanggungjawab
12.  Pemimpin harus mampu menangani masalah atau komflik dalam organisasi atau adanya manajemen konflik yang baik
Maka efisiensi kepemimpinan tidak hanya diukur dengan criteria efisiensi teknis saja,
tetapi juga criteria mental ( kebahagian batiniah.dengan demikian orang akan menilai dampak-dampak kepemimpinan yang efekti atau buruk/gagal itu dengan criteriamanusiawi. jadi tidak dinila secara teknis saja.

Bab IX
Manajemen dan kepemimpinan
Determinan dan kekuatan yang berhubungan dengan kepemimpinan
1.      Manajemen dan pemimpin
            Pemimpin dan kepemimpinan berkaitan erat dengan usaha manajemen bahkan
menjadi unsur inti dari  organisasi, manajemen dan administrasi. Pada umumnya pengertian
manajemen itu di perjelas dalam fungsi-fungsi manajemen yaitu disingkat dengan P,O.A.C.,
·         Planning ( perencanaan) adalah kegoatan menetukan sasaran yang akan dicapai, dan
            memikirkan cara serta sarana-sarana pencapainnya.
  • Organizing ( pengorganisasian) pengurusan semua sumber tenaga yang ada dengan landasan konsepsi yang tepat, dan penentuan masing-masing fungsi sehingga merupakan suatu totlitaas sistem , dimana bagian satu saling bergantung pada bagian lainnya.
  • Actuating (Pengarahan) adalah pengarahan  yang nyata meruoakan kegiatan peggerakkan pengedalian sumber dalam usaha pencapaian sasaran
  • Controling (Pengawasan) adalah mengawasi bawahan agar para bawahan bekerja sama dengan baik ke arah  pencapaian sasaran dan tujuan umum organisasi.
Fungsi manajemen lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah evaluasi atau penilaian  adalah meninjau kembali dan pengontrolan tugas, agar semua tugas berlangsung dengan tepat sesuai dengan norma dan standar yang sudah digariskan dalam perencanaan.
Jika control dan evaluasi longgar biasanya akan mengakibatkan gagalnya menemukan kelemahan-kelemahan dan penyimpangan.
  1. Determinan kepemimpinan dan kekuatan yang bergubungan dengan kepemimpinan
Agar kepemimpinan menjadi operasional, perlu ada 3 determinan kepemimpinan yaitu:
1.      Faktor Orang atau Pribadi
Konsepsi kepemimpinan memusatkan perhatin pada kepribadian pemimpin dengan kualitas-kualitas yang unggul. Cirri-ciri pemimpin yang khas adalah memiliki intelegensi, inisiatif, kemampuan melaksanakan supervise,kemampuan mengambil keputusan yang tepat.
2.      Faktor Posisi
Individu seorang pemimpin memiliki semacam citra atau gambaran mengenai perilaku sendiri, disamping itu , orang luar juga mempunyai semcam gambaran tentang apa  yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin dalam posisi tertentu.
3.      Faktor Situasi/Tempat
Situasi khusus membutuhkan pemimpin yang khusus pula. Sifat-sifat pemimpin harus sesuai dengan kebutuhan kelompk yang bersangkutan dan cocok dengan situasi, tempat, atau zamannya.
Jhone French dan Bertram Raven mengemukakan suatu kerangka kekuatan/framework of power berhubungan dengan pengaruh kepemimpinan, yaitu:
  1. Kekuatan ( Coersive power)
Pemimpin mengandalkan kekuasaan pribadinya untuk melkasanakan keinginan kepada para bawahannya.
  1. Kekuatan via pemberian penghargaan ( reward power)
Bawahan yang bertingkahlaku sesuai dengan norma tertentu akan diberi penghargaan dalam wujud material maupun nonmaterial
  1. Kekuatan karena pengesahan ( Legitimated Power)
Kekuatan yang diperoleh melalui posisi “supervisor”  di dalam organisasi yang bersangkutan.
  1. Kekuatan oleh pemilikan suatu keahlian ( expert power)
Kekuatan karena pemimpin memiliki  keterampilan teknis dan sosial, pengetahuan, pengalaman dan keahlian khusus.
  1. Kekuatan penyamanan diri dengan orang yang dikagumi( identification power )
Kekuatan atas dorongan identifikasi atau keinginan penyamanan diri dari bawahan dengan pemimpin yang di kagumi dan dihargainya.
Bab X
Kepemimpinan Demokrasi Dan Kepemimpinan Abnormal
A.    Pemimpin Demokratis
Pemimpin demokratis dapat di golongkan menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut:
a.       Pemimpin demokratis tulen
Merupakan pembimbing yang baik bagi kelompoknya. Dia mampu mendengarkan nasihat dan sugesti semua pihak dan mampu memanfaatkan keunggulan setiap orang seefektif mungkin pada saat-saat yang tepat. Dia sadar, bahwa dia tidak mampu bekerja seorang diri. Karena itu dia perlu mendapatkan bantuan dari semua pihak. Dengan demikian, organisasi yang dipimpinnya akan terus berjalan lancer sekalipun dia tidak ada di tempat.
b.      Pemimpin demokratis palsu/pura-pura (pseudo-demokratis)
Mempunyai sifat-sifat sebagai berikut dia memang berusaha untuk bersikap demokratis. Akan tetapi karena dia berkarakter lemah, merasa selalu bimbang dan tidak mempunyai pendirian maka, penampilannya tidak jauh berbeda dengan si ”baby autocrat” (otokrat bayi).
B.     Kepemimpinan Abnormal
Jangan hendaknya kita mengidealisasi tokoh pemimpin dengan sebutan-sebutan gagah perwira, bagus, berkepribadian sekokoh banteng, dengan mata magnetis dan suara menggelegar bakaikan guruh dilangit, berwibawa, jujur seperti dewa, dan atribut lainnya.
Yang paling penting ialah:
a.       Pemimpin yang baik dan bijaksana penuh rasa kemnanusiaan.
b.      Tidak menempatkan individu-individu yang egoistis yang selalu mementingkan kepentingan sendiri dan “gila kekuasaan” sebagai pemimpin.
c.       Lebih-lebih lagi tidak mengangkat seorang pemimpin yang tidak mampu mengemban tanggung jawab.
Sebab, orang yang gila kekuasaan adalah orang yang sakit, yang ingin mengkompensasikan sifat-sifat bawahannya yang inferior kedalam bentuk penguasaan terhadap orang lain.
Contoh pemimpin yang abnormal yaitu:
Hilter, yang menderita kegilaan paronia. Secara tepat dia merefleksikan aspirasi dan perasaan orang-orang Jerman yang ingin bangkit kembali sesudah kekalahan dalam perang dunia ke I sebagai satu super-nation, yang kemudian membawa Jerman kepada kehancuran, serta menyebar malapetaka yang tidak terperikan besarnya di kalangan bangsa-bangsa yang tengah berperang.
 Efisiensi kepemimpinan lebih dikaitkan dengan sebagai berikut:
·         Tujuan human/manusiawi
·         Ongkos materiil dan ongkos immaterial seberapa besar yang sudah dikeluarkan oleh organisasi atau lembaga.
Jalan yang terbaik untuk mendisiplinkan bawahan dan rakyat banyak adalah sebagai berikut:
a.       Para pemimpin harus memberikan kecintaan, pengorbanan, teladan kejujuran, dan kesederhanaan, sesuai dengan lahir dan batinnya. Mau bekerja keras untuk kemakmuran sendiri saja.
b.      Memberikan kesempatan kepada setiap anak buah dan rakyat untuk memperoleh pengalaman-pengalaman yang demokratis, dengan jalan membiasakan mereka pada tata cara yang bertanggung jawab.
c.       Menginsafkan setiap orang akan pentingnya tugas masing-masing, sehingga semuanya dapat diselesaikan dengan tertib dan berdisiplin.
d.      Rakyat harus diberi kesempatan untuk belajar bertangggung jawab secara moril/susila, demi kesejahteraan bersama dan belajar berpartisipasi aktif dengan kesdaran dan disiplin diri yang tinggi.
Sebagai penutup bab 10, bahwa iklim demokrasi dengan landasan filsafat pancasila sekrang ini jelas mendambakan adanya kesejahteraan dan keadilan yang lebih merata. Maka semakin otoriter dan tiranik para pemimpin pada eselon bawahan sampai paling atas dan di semua bidang, makin kuatlah tumbuhnya kebutuhan rakyat kecil untuk melontarkan oposisi.
Bab XI           
Memilih Dan Melatih Pemimpin Pembinaan Kepemimpinan Pemuda

A.    Memilih Calon Pemimpin
Menurut O. Jeff Harris orang-orang yang perlu dipilih sebagai kandidat-kandidat atau calon pemimpin adalah sebagai berikut:
·         Kemauan untuk memikul tanggung jawab
Seorang pemimpin harus berani memikul tanggung jawab bagi setiap tingkah lakunya, sehubungan dengan tugas-tugas dan peranan yang harus dilakukan.
·         Memiliki kemampuan untuk menjadi perseptif
Kemampuan untuk melihat dan menanggapi realitas nyata.
·         Kemampuan untuk menanggapi secara objektif
Objektivitas merupakan kemampuan untuk melihat masalah-masalah secara rasional, impersonal tanpa prasangka.
·         Kemampuan untuk menetapkan prioritas secara tepat
Seorang pemimpin harus benar-benar mahir memilih mana bagian yang penting dan harus didahulukan.
·         Kemampuan untuk berkomunikasi
Kemmapuan untuk memberikan informasi dengan cermat, tepat, dan jelas.
B.     Pembinaan Kepemimpinan Pemuda Di Indonesia
Beberapa landasan bagi pembinaan kepemimpinan pemuda di Indonesia, antara lain:
a.       Landasan Ideologi dan Konstitusional
Ø  Landasan ideologi
Pancasila sebagai sumber hukum khususnya pemimpin pemuda sebagai penerus/pelanjut/pewaris kepemimpinan bangsa harus melandasi ideologinya dengan jiwa pancasila.
Ø  Landasan konstitusional
Undang-undang Dasar 1945 merupakan dasar hukum tertulis yang tertinggi, dan merupakan perwujudan kehendak pancasila secara konkret.
b.      Landasan Kultural
Merupakan sikap hidup kekeluargaan dan kegotongroyongan sebagai nilai-nilai luhur kultural bangsa Indonesia harus melandasi cara berpikir dan berperilaku pemimpin Indonesia.
c.       Landasan Strategis
Landasan strategis dalam mewujudkan pelatihan kepemimpinan pemuda Indonesia adalah Garis-Garis Besar Haluan Negara (TAP MPR No. IV/MPR/1978), antara lain:
Ø  Pengembangan generasi muda dan pembangunan nasional
Ø  Pengembangan wadah pembinaan generasi muda seperti: sekolah-sekolah, organisasi-organisasi fungsional kepemudaan, pramuka, organisasi olahraga, dan lain-lainnya, harus terus ditingkatkan.
Ø  Perlu adanya suatu kebijaksanaan nasional
d.      Landasan Operasional
Ø  Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0323/1978, tentang pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda, yang memberikan penjelsan tentang landasan.
Ø  Keputusan Presiden No. 23 Tahun 1979 tentang badan koordinasi penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan generasi muda, merupakan perwujudan dari amanat GBHN.
C.     Kegagalan Dalam Proses Memilih Pemimpin
Kegagalan pemilihan dalam memilih calon pemimpin dapat disebabkan oleh yaitu:
a.       Kurang tepatnya cara pemilihan calon pemimpin misalnya lewat sistem katabellete, pilih kasih, sistem kruiwagen, nepotisme, dan lain-lain.
b.      Tanpa melalui sistem tes secara objektif, seleksi dan pengujian fisik serta mental terlebih dahulu.
c.       Tugas-tugas yang harus dipikul oleh “calon pemimpin” ada jauh di atas dayu-pikul dan kapabilitasnya.
d.      Tidak diterima oleh bawahan, karena pimpinan yang diangkat tidak mampu menyesuaikan diri dalam iklim sosial.
e.       Perubahan tugas  atau mutasi yang mendadak dan kurang adanya adaptasi.
D.    Kriteria Keberhasilan Kepemimpinan
Ada beberapa indikator yang dapat dijadikan sebagai petunjuk keberhasilan kepemimpinan dalam organisasi sebagai berikut:
a.     Meningkatnya hasil-hasil produksi dan pemberian pelayanan oleh organisasi.
b.    Semakin rapinya sistem administrasi dan makin efektifnya manajemen.
c.    Semakin meningkatnya aktivitas-aktivitas manusiawi atau aspek sosial yang lebih human sifatnya.
E.     Program Latihan
Untuk dapat menyusun suatu program latihan yang tepat dan sukses yaitu:
a.       Langkah pertama yang perlu diambil ialah menentukan tujuannya harus jelas dan tegas.
b.      Langkah kedua ialah menentukan kebutuhan latihan yaitu segi-segi dan keterampilan apa yang amat dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat menjadi pemimpin yang efektif.
c.       Langkah ketiga ialah memilih mata pelajaran yang tepat dan dapat memberikan motivasi untuk mengadakan perubahan sikap, serta membangun kerja sama dengan semua pihak.
Bab XII         
Kepemimpinan Dan Masalah Konflik
A.    Masyarakat Modern Dan Konflik
Kehidupan dalam masyarakat modern, terutama kehidupan kota-kota besar itu sifatnya serba tergesa-gesa, dipenuhi banyak persaingan dan perlombaan hidup. Karena itu banyak muncul konflik-konflik terbuka antara individu dengan individu lain.
B.     Definisi Konflik Dan Pendekatan Modern
Clinton F. Fink mendefinisikan sebagai berikut:
a.       Konflik yaitu sikap-sikap emosional yang bermusuhan dan struktur-struktur nilai yang berbeda.
b.      Konflik yaitu interaksi yang angtagonistis, mencakup tingkah laku lahiriah yang tampak jelas, mulai dari bentuk-bentuk perlawanan halus, terkontrol, tersembunyi, tidak langsung dan sampai pada bentuk perlawanan terbuka.

C.     Dasar Filsafi Dari Konflik Dan Pendekatan Pemimpin Pada Konflik
Untuk menangani konflik di semua bidang kehidupan, orang mengembangkan tiga macam pendekatan pemimpin, yaitu:
a.    Pendekatan pemimpin yang tradisional
Pandangan tradisional menyatakan, bahwa konflik itu sifatnya negatif, destruktif, dan merugikan. Karena itu konflik harus di lenyapkan, demi kerukunan dan harmoni hidup.
b.    Pendekatan pemimpin yang netral atau behavioral
Pandangan tradisional kuno kemudian diikuti dengan pandangan behavioral, yang melihat konflik sebagai cirri hakiki tingkah laku manusia yang berkembang sebagai built-in element. Dengan demikian, pandangan kaum behavioris merasionalisir konflik. Tujuannya untuk mengurung, membatasi, dan menjinakkan konflik sebagai unsur “netral” atau unsur biasa dan tidak berbahaya.
c.    Pendekatan pemimpin yang modern atau interaksionistis/interaksional
Kaum interaksionis mengadakan pendekatan yang lebih positif dan lebih aktif. Mereka menyatakan antara lain:
Ø  Konflik itu penting dan perlu dalam kehidupan
Ø  Konflik itu merangsang oposisi
Ø  Orang harus mengembangkan konflik manajemen
Ø  Manajemen konflik merupakan tanggung jawab pemimpin dan manajer.
D.    Teknik Meransang Timbulnya Konflik
Seni mengelola konflik, dengan jalan sebagai berikut:
a.       Membuat standar-standar penilaian
b.      Menemukan masalah-masalah kontroversil dan konflik-konflik
c.       Menganalisis situasi dan mengadakan evaluasi terhadap konflik
d.      Memilih tindakan-tindakan yang tepat untuk melakukan koreksi terhadap penyimpangan dan kesalahan-kesalahan.
Maka, seni manajemen konflik dengan jalan:
a.       Menstimulasi/merangsang konflik
b.      Mengendalikan
c.       Menyelesaikan secara sistematis tanpa menimbulkan banyak korban
E.     Alat-Alat Bagi Manaemen Konflik
Adapun alat-alat untuk mengatasi konflik-konflik yang terjadi dalam organisasi atau masyrakat luas antara lain:
a.       Memecahkan masalah melalui sikap kooperatif
b.      Mempersatukan tujuan
c.       Menghindari konflik
d.      Ekspansi dari sumber energy
e.       Memperhalus/memperlunak konflik
f.       Kompromi
g.      Tindakan otoriter
h.      Mengubah struktur organisasi dan struktur individual
Bab XIII
Pemimpin Dan Kepemimpinan Mahasiswa
Pemimpin dan kepemimpinan mahasiswa memainkan peranan penting dalam rangka pembaharuan negara, ditengah gerakan pembangunan, bahkan juga pada masa-masa pemberontakan dan revolusi. Hal itu disebabkan karena para mahasiswa dan pemimpin-pemimpin mereka itu pada kenyataannya merupakan kekuatan sosial, kekuatan moral, dan kekuatan politik baik di negara-negara maju maupun dinegara-negara berkembang.
Untuk memahami kondisi mahasiswa dengan berbagai aktivitas dan pola kepemimpinannya, kita coba melakukan pendekatan dari beberapa segi untuk menganalisis kegiatan mereka.
1.    Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini mendasarkan analisisnya mengenai adanya pengaruh-pengaruh yang bersifat menekan yaitu :
a.       Pengaruh keluarga, yang cenderung semakin acuh tak acuh terhadap pendidikan anak keturunannya sendiri, disebabkan kegiatan mencari penghasilan untuk keluarganya dan pola kebebasan untuk menyibukkan diri, serta mendapatkan kesenangan diri.
b.      Adanya tekanan-tekanan sosial dari masyarakat modern terhadap orang-orang muda (berkat banyaknya informasi, pendidikan, teknologi dan industrialisasi) sehingga mejadi cerdas, mahir secara teknis, modern dan progresif.
c.       Adanya tekana-tekanan politik yang menempatkan para mahasiswa dan orang-orang muda pada posisi marginal serta pengucilan mereka dari macam-macam posisidecision-making yang bertanggung jawab.
d.      Adanya tekanan dari kebudayaan masyarakat makmur yang mengakibatkan pola hidup santai, mau hidup senang tanpa payah segan berusaha atau bekerja.
e.       Oleh proses pendewasaan diri dengan beralihnya status anak puber dan adolesens pada taraf kedewasaan, yang melalui menemukan identitas atau jati dirinya dan pemantapan nilai-nilai yang akan dianutnya sepanjang hidup.
2.    Pendekatan ekonomis
Pendekatan ekonomis menitikberatkan adanya jurang si kaya dan si miskin, yang menimbulkan banyak kecemburuan sosial, ketegangan sosial, ketidakadilan, dan masalah-masalah sosial yang diwarnai kesengsaraan rakyat miskin.
3.    Pendekatan secara sosiologis
Pendekatan ini menitikberatkan terbentuknya kelompok mahasiswa menjadi kekuatan sosial. Kekuatan eliter, dan kekuatan politik .
4.    Pendekatan politik
Secara menyoroti motivasi dan ideologi politik yang mendorong aksi-aksi mahasiswa. Khususnya membahas lambannya pertumbuhan lembaga-lembaga politik yang tidak mampu menampung aspirasi para mahasiswa.
I.  Tipe Pemimpin Mahasiswa
Tipe pemimpin mshasiswa dapat dibagi dalam beberapa penggolongan, yaitu sebagai berrikut :
a.       Pembagian menurut sifat kepemimpinannya, ialah otoriter atau otoritatif yang demokratis dan laissez faire.
b.      Pembagian menurut status atau kedudukan: solider atau berdasarkan prinsip pilihan dan solidaritas kelompok yang resmi dan pemimpin konsultan.
c.       Pembagian menurut bidang interstnya : murni ilmiah, sosial politik dan rekreatif.
1.      Pemimpin mahasiswa yang otoriter, sifatnya keras tidak boleh disanggah, dan mengharuskan. Kekuasaannya berlangsung lewat kekuatan  dan penekanan/ pressi kepada anggotanya. Komunikasi berlangsung satu arah, yaitu dengan perintah dan komando. Pemimpin tidak menghendaki krirtik dan usul-usul. Kekuatan pemimpin itu terletak pada kemauan yang keras, ide-ide dan rencana sendiri yang dianggap cukup berhasil, kerahasiaan dan disiplin kerja yang keras.
2.      Pemimpin mahasiswa yang demokratis mendasarkan interaksinya pada kerja sama, kebebasan yang teratur, pemberian kesempatan kepada semua anggota organisasi untuk berpartisipasi secara aktif, dan menyumbangkan ide-ide yang konstruktif.
3.      Pemimpin mahasiswa  yang laissez fairemembiarkan semua orang bertingkah laku semau sendiri, sedangkan pemimpin tidak memberikan perintah, pengarahan atau bimbingan organisatoris. Dia tidak pernah berani mengambil keputusan dan organisasinya mirip “ular tanpa kepala”.
4.      Pemimpin solidaritas bersikap solider (kompak, setia kawan) dan mencoba mengidentifikasikan diri dengan semangat dan harapan anggota-anggota kelompoknya. Dia dipilih dan diangkat oleh anggota-anggota kelompoknya melalui aturan yang telah disetujui bersama.
5.      Pemimpin resmi, tidak langsung dipilih oleh anggota kelompok, tetapi ditunjuk secra resmi oleh pimpinan jurusan, fakultas atau universitas. Mereka direstui oleh atasan resmi (lembaga) untuk emimpin kelompoknya dengan mengemban misi-misi khusus.
6.      Pemimpin konsultan itu berfungsi sebagai penasihat dan pengarah baik untuk organisasi sendiri , maupun organisasi dan lembaga-lembaga diluarnya. Tugasnya ialah mendidik, mendorong, memberikan motivasi dan nasihat, mengembangkan sikap-sikap mental, menanamkan ide-ide/ ideologi dan pengetahuan baru.
7.      Pemimpin murni ilmiah lebih mengkonsentrasikan diri pada prestasi olmiah, kegiatan kurikuler. Studi kelompok, eksperimen-eksperimen, dan penelitian ilmiah. Juga mnegadakan studi tour, karyawisata, diskusi-diskusi, menghadiri seminar dan konferensi ilmiah.
8.      Pemimipin yang berorientasi kemasyarakatan ( pada masalah sosial) disamping itu juga meminati masalah-masalah politik yang muncul ditengah masyarakat. Gejolak politik yang aktual, penindasan terhadap rakyat, dan perilaku yang tidak adi, juga kelemahan lembaga-lembaga politik serta pemerintah dijadikan objek minat atau topik pembahasan mereka, kemudian melakukan aksi-aksi tertentu.
9.      Tipe pemimpin yang berorientasi pada rekreasi dan pola bersantai-santai. Anggota kelompoknya sebagian besar terdiri dari anak-anak kaum elit, orang-orang kaya, dan putera-puteri pejabat yang tengah naik daun menduduki posisi yang basah.

II.    Peranan Mahasiswa Di Panggung Politik Dan kepemimpinannya
Predikat umum dari mahasiswa itu antara lain ialah muda, dinamis, energik, berani tanpa vested interest karena belum berkeluarga, lebih terbuka terhadap pendapat orang lain dan inteligent. Oleh karena pikirannya yang kritis dan penalaran yang bebas, dismaping tegar dalam pendiriannya, maka maka pemimpin dan kepemimpinan mahaiswa itu sering dicurigai oleh pihak resmi. Ada kalanya timbul pertentangan antara pihak pemerinatah kontra kampus.
Selanjutnya modernisasi di negara-negara yang tengah berkembang itu memunculkan kelompok-kelompok sisial baru, kesadaran sosial, dan kesadaran politik. Maka oleh perluasan sistem pendidikan , jumlah mahasiswa menjadi semakin banyak, dengan pemikiran kesadaran sosial dan politik yang semakin meningkat. Modernisasi itu menambah tebalnya kesadaran politik, jumlah organisasi, kesatuan-kesatuan ideologi baru, dan aksi-aksi politik. Oleh karena itu, tampaknya ada relasi langsung antara mobilisasi sosial politik dengan ketidakstabilan politik.
Maka suara mahasiswa adalah suara yang membela, penuh pengingkaran dan ketidaksetujuan. Oleh karena itu orang menyebutkan : jika presiden merupakan simbol kekuasaan/ otoritas, maka gedung “serikat mahasiswa” dalah lambang dari revolusi.
Oposisi dikalangan mahasiswa dengan pemimpin pemimpinnya itu pada banyak peristiwa tidak disebabkan oleh kekurangan-kekurangan materil, akan tetapi pada umumnya bersumber pada :
1.      Tidak adanya sekuritas psikologis.
2.      Rasa bersalah keterasingan terhadap rakyat kecil.
3.      Oleh kegelisahannya dalam usaha mencari jati diri/ identitas sendiri atau status sosialnya.
Oleh kemudaan dan ketidaksabarannya, mereka ingin adanya reformasi sosial dan perbaikan masyarakat secara drastis, dan menuntut partisipasi aktif dalam rekonstruksi umum terhadap masyarakat. Hal ini jelas merupakan sasaran utopis, dan tuntutan mereka itu jarang dapat dipenuhi oleh pemerintah.
Setelah kita telaah kondisi mahasiswa tersebut kita memahami bahwa kepasifan mahasiswa dengan sikap yang apatis terhadap kemajuan, dan ketidakpedulian terhadap kondisi lingkungan sekitar itu tidak kita kehendaki. Oleh karena itu perlu pengarahan kegiatan mahasiswa dan pembinaan kepemimpinan mahasiswa masih diperlukan, yaitu diarahkan kepada :
1.      Kerja – kerja yang produktif.
2.      Rekayasa yang konstruktif di tengah usaha pembangunan.
3.      Pengabdian pada rakyat menuju pada kondisi sosial yang makmur dan lebih adil.
Bab XIV
Kepemimpinan Militer

1.      Kepemimpinan militer Dengan Sifat-Sifatnya
Peranan militer dimasa revolusi dalam bentuk konfrontasi fisik melawan tentara Belanda, tidak diragykan lagi yaitu sejak 1945 sampai tercapai kemerdekaan penuh ditahun 1950 sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Juga peranan militer/ ABRI  sebagai bhayngkara negara hingga 1958 dalam menjamin keamanan dan kestabilan negara.
Disaat itu dirasakan oleh akum militer adanya kehidupan politik yang tidak sehat dan sangat kacau, disebabkna oleh multi partai sehinnga terasa urgensinya kelompok militer untuk ikut memperbaiki perlembagaan politik dan pelurusan jalannya usaha-usaha pembangunan. Tokoh-tokoh militer mulai banyak ditempatkan dilembaga-lembaga politik.
Keterlibatan politik dari militer ini pada intinya bukan disebabkan oleh penonjolan fungsi kemiliterannya, akan tetapi lebih banyak didorong oleh :
1.      Keinginan untuk mengadakan reformasi sosial dan modernisasi politik yang lebih sehat.
2.      Etik emberikan pelayanan umum yang lebih baik, yang sangat didukung oleh kemampuan teknis, administratif, dan manajerial yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan orang-orang sipil.
3.      Fungsi kebhayangkarian dalam wujud pengabdian yang heroik dan kesatriaan, untuk menegakkan keamanan dan ketentraman umum.
4.      Adanya esprit de corps dengan kohesi internal yang sangat kuat.

Oleh karena itu, peranan militer dan kepemimpinannya itu pada hakikatnya bukan merupakan penonjolan karakteristik sosial-militer, akan tetapi merupakan respon (reaksi) dan struktur politik dan struktur institusional masyarakat yang belum mapan benar, yang masih lemah, berantakan, kisruh, dan kacau.
Namun satu keunggulan militer dibanding dengan organisasi sosial dan lemaga pemasyarakatannya lainnya ialah militer dapat menjalankan pemerintahan juga mampu mengontrol dan menggunakan kekuatan-kekerasan (dengan senjata dan pasukan) untuk memerintah negara dan menguasai rakyat.
Selanjutnya kepemimpinan militer itu sangat efisien dan dinamis, sedangkan dalam keadaan kritis  serta masa perang, kaum militer cenderung menjadi semakin otoriter dan semakin keras.
Sifat-sifat kepemimpinan militer yang sangat menonjol antara lain :
1.      Otoriter lewat komando dan asas sfisiensi.
2.      Ada disiplin tinggi dan esprit de corps yang kuat, serta pengabdian penuh pada tugas-tugas.
3.      Interaksi searah, disertai kepatuhan total terhadap komando dengan penentuan tugas-tugas yang jelas dan rasa tanggung jawab yang besar.
4.      Memiliki stamina (daya tahan) fisik dan mental yang tinggi/ kuat berkat latihan-latihan rutin setiap hari , cermat teliti.
5.      Memiliki loyalitas dan integritas tinggi yang dilambari sifat kejujuran.
6.      Bersikap selau terbuka terhadap perubahan, progres/ kemajuan, ide-ide baru, inovasi dan modernisasi.
7.      Efisiensi secara teknis dan taktis, disamping kompeten dalam pendidikan dan pertempuran atau perang.
8.      Kompetensi tersebut mengarah pada profesionalisasi, dengan kemampuan manajerial serta kemampuan tempur yang semakin tinggi.

2.      Kepemimpinan Militer Di Tengah Masysrakat
Di masa perjuangan fisik merebut kemerdekaan negara kita, tenra rakyat memainkan peranan besar sekali. Tentara pada masa itu terdiri dari pemuda=pemuda golongan kelas menegnah dan yaitu pelajar, mahasiswa, pegawai-pegawai muda, pemuda-pemuda kampung dan desa (terutama para santri dari desa dan kota-kota kecil) serta sukarelawan – sukarelawan lainnya. Motivasi menjadi tentara ialah loyalitas pada bangsa dan tanah air, dengan status sukarelawan yang tidak dibayar.
Para pemimpin militer itu pada awal perjuangan tidak diangkat oleh pemerintah, akan tetapi muncul secara alami atas kemauan sendiri. Baru kemudian berkat jasa dan keberaniannya, mereka diakui sebagai pemimpin atau “komandan” oleh kawan-kawan seangkatan. Pada umumnya mereka adalah pemuda-pemuda yang intelijen, paling berani, sehat-kuat badan serta mentalnya, nekad, dan paling bersemangat.
Bagi pihak militer sendiri, asistensinya dilembaga eksekutif, legislatif dan politik itu mendorong kuat mereka untuk memerankan kedwifungsiannya, yaitu disektor pertahanan keamanan dan dibidang sosial-politik. Hal ini terutama didukung oleh faktor-faktor yang menguntungkan, yaitu :
1.      Adanya kohesi dan esprit de corps yang kuat dikalangan tentara.
2.      Mereka memiliki kemahiran yeknis dan manajerial yang tinggi berkat pendidikan didalam dan diluar negeri, ditambah pengalaman dilapangan dengan tugas teritorial dan tugas bertempur.
3.      Memiliki semangat 1945, keheroikan (berkat pengalaman perjuangan fisik), dan etos pemberian pelayanan umum kepada rakyat dengan kesadaran sosial yang tinggi.
Keterlibatan pemimpin-pemimpin militer dalam politik itu biasanya merupakan reaksi daru dua situasi yaitu :
1.      Meningkatnya konflik-konflik diantara partai-partai politik dan kelompok-kelompok sosial.
2.      Menurunnya atau lemahnya efektifitas dan legitimitas institusi-institusi politik, karena tidak mampu menjalankan fungsi-fungsinya.
Maka dwifungsi dari pemimpin militer pada awal masa modernisasi itu ialah :
1.      Membangun pasukan tentara/ army yang tersentralisasi dan rasional, serta loyal pada bangsa dan negara.
2.      Membangun sistem birokrasi pemerintahan yang bersih dan efektif.
Pada masa awal modernisasi tadi, peranan kebhayangkarian/ guardian selaku pengawal pemerintah/ negara dari kepemimpinan militer tersebut cukup rasional. Pemimpin-pemimpin militer tidak menganggap dirinya sebagai pencipta orde politik dan pencipta moderniats, akan tetapi meyakini fungsi mereka sebagai bhayangkari negara, sebagai agen pemurni dari orde yang ada dan sebagai stimulator dalam pembangunan.
Bab XV
Pemimpin Dan Kepemimpinan Indonesia Karakteristik Kepemimpinan
1.      Kepemimpinan Pancasila
Agar mampu melaksanakan tugas kewajibannya, pemimpin harus menjaga kewibawaannya. Dia harus memiliki kelebihan-kelebihan tertenu bila dibanding dengan kualitas orang-orang yang dipimpinnya. Kelebihan itu terutama meliputi segi teknis, moral, dan semangat juangnya. Beberapa kelebihan tersebut antara lain ialah faktor-faktor sebagai berikut :
a.       Sehat jasmaninya, dengan energi yang yang berlimpaah-limpah, keyuletan dan ausdauer tinggi.
b.      Memiliki integritas kepribadian, sehingga dia matang, dewasa, bertanggung jawab, dan susila.
c.       Rela bekerja atas dasar pengabdian dan prinsip kebaikan, serta  loyal terhadap kelompoknya.
d.      Memiliki intelijensi tinggi untuk menanggapi situasi dan kondisi dengan cermat, efisien-efektif, memiliki kemampuan persuasi, dan mampu memberikan motivasi yang baik kepada bawahan.
e.       Mampu menilai dan membedakan aspek yang positif dari yang negatif dari setiap pribadi dan situasi agar mendapatkan cara yang palin efisien untuk bertindak.
Ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi oleh kepemimpinan pembangunan dan para pejabat pada para aparatur pemerintah, yaitu :
a.       Kepemimpinan dalam era pembangunan nasional harus bersumber pada falsafah negara, yaitu Pancasila.
b.      Memahami benar makna dari perencanaan, pelaksanaan, dan tujuan pembangunan yang ingin dicapai.
c.       Diharapakan agar kepemimpinan  Pancasila mampu menggali inti sari dari nilai-nilai tradisional kuno yang tinggi peninggalan para leluhur dan nenek moyang.
2.      Sumber Kepemimpinan Pancasila
Hal-hal yang dapat dianggap sebagai sumber kepemimpinan Pancasila antara lain berupa :
a.       Nilai-nilai positif dari modernisme.
b.      Intisari dari warisan pusaka berupa nilai-nilai dan norma –norma kepemimpinan yang ditulis oleh para nenek moyang, raja, pujangga-pujangga kraton, pendeta, pejuang bangsa yang masih relevan.
c.       Refleksi dan kontemplasi mengenai hakikat hidup dan tujuan hidup bangsa pada era pembangunan dan zaman modern, sekaligus juga refleksi mengenai peribadi selaku “manusia utuh”  yang mandiri dan ertanggung jawab dengan misi hidupnya masing-masing.
Selanjutnya pada tingkat, jenjang serta dibidang apapun, pemimpin harus mempunyai landasan pokok berupa nilai-nilai moral kepemimpinan, seperti yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Keempat macam landasan pokok kepemimpinan itu ialah :
1.      Landasan diplomasi (bersumber pada ajaran almarhum Dr. R. Sosrokartono)
a.       Sugi tanpa banda (kaya tanpa harta benda)
b.      Nglurung tanpa bala (melurung tanpa balatentara)
c.       Menang tan ngasorake (menang tanpa mengalahkan)
d.      Weweh tanpa kelangan (memberi tanpa merasa kehilangan)
2.      Landasan kepemimpinan :
a.       Sifat ratu/ raja : bijaksana, adil, ambeg pramarta, konsekuen dalam janjinya.
b.      Sifat pandita : membelakangi kemewahan dunia, tidak punya interest-interes, dapat melihat jauh kedepan/ waskita.
c.       Sifat petani : jujur, sederhana, tekun, ulet, blaka.
d.      Sifat guru : memberikan teladan yang baik.
3.      Landasan pengabdian
a.       Rumangsa handarbeni (merasa ikut memiliki negara)
b.      Wajib melu angrungkebi (wajib ikut membela negara)
c.       Mulat sarira hangrasa wani ( mawas diri untuk bersikap berani)
4.      Landasan kebijaksanaan (sri Sultan Iskandar Muda dari Aceh, 5-P)
a.       Peusiap : persiapan, pengumpulan data dan kearifan.
b.      Peubanding : perbandingan, penelaahan, pembahasan.
c.       Peunilaian : penilaian.
d.      Peutunjuk : petunjuk sesepuh dan “petunjuk” dari Tuhan.
e.       Peuputoh : pengambilan keputusan terakhir.
3.      Kepemimpinan Pembangunan
Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Landasan pelaksanaan pembangunan nasional adalah Pancasila dan UUD 1945.
4.      Karakteristik Kepemimpinan Pemuda Indonesia
Pembinaan generasi muda itu bertujuan untuk mempersiapkan mereka menjadi calon-calon pemimpin yang tangguh, berkepribadian Pancasila, berdisiplin nasional, memiliki rasa harga diri dan martabat diri yang tinggi, serta kokoh jiwa kesatuan nasionalnya.  Dalam usaha penyiapan tenaga kepemimpinan yang muda-muda, dirasakan perlu adanya latihan/training kepemimpinan, di dalam konteks kepemimpinan berkepribadian Indonesia, berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 (sebagai panutatan). Latihan kepemimpinan ini mencakup juga latihan keterampilan sosial untuk berkomunikasi dengan sesama warga negara, untuk membangun masyarakat dan negara kesatuan dan merupakan perwujudan dari kebijakan nasional tentang kepemudaan secara terpadu dan menyeluruh.
Bentuk kepemipinan yang khas yang dikehendaki ada pada kaum muda adalah kepemimpinan yang berorientasi pada kekaryaan. Artinya, kepemimpinan tersebut mempunyai kemampuan-kemampuan sebagai berikut :
1.      Bisa memberikan dan mengembangkan motivasi-motivasi untuk berkarya dan membangun.
2.      Mampu menggerakkan orang lain, sehingga mereka mau dan rela secara bersama-sama mencapai satu tujuan.
3.       Sanggup mempengaruhi dan meyakinkan orang lain, sehingga mereka menyadari akan urgensinya pembangunan.
4.      Tulus dan ikhlas melaksanakan usaha pembangunan melalui perbuatan konkret dan keteladanan/keutamaan.
Ciri-ciri kepemimpinan karya :
1.      Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.      Setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
3.      Berkepribadian dan berbudi pekerti luhur, bersifat kesatria.
4.      Kuat mental dan moralnya serta berkecerdasan tinggi.
5.      Tangguh, berdisiplin dan kreatif.
Ciri-ciri keterampilan sosial :
1.      Mampu berorganisasi, menyusun rencana, melaksanakan serta mengkoordinasikan semua kegiatan/ karya, sesuai dengan program pembangunan yang telah ditentukan.
2.      Berani bertanggungjawab atas semua tindakan dan tingkah lakunya, sanggup dengan cepat mengambil keputusan yang bijaksana.
3.      Mampu mengelola semua bentuk karya/ kerja membangun cesara tepat guna (efisien, efektif, administratif) semua tenaga manusia, sarana, material serta waktu.
4.      Sanggup berwiraswasta dan makarya.
5.      Mampu meningkatkan dan memperluas peranan generasi muda disegala sektor kehidupan.
SUMBER       :
Kartini Kartono. 1982. Pemimpin dan Kepemimpinan. Bandung: PT Raja Grafindo Persada