“PEMIMPIN DAN
KEPEMIMPINAN”
BAB I
A. TEORI
DAN TEKNIK KEPEMIMPINAN
Teori
kepemimpinan adalah:
a) Suatu
pengeneralisasian dari suatu fakta mengenai sifat-sifat dasar dan prilaku
pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinan.
b) Dengan
menekan latar belakang historis dan sebab musabab timbulnya kepemimpinan serta
persyarakatan untuk menjadi pemimpin
c) Sifat-siafat
yang di perlukan oleh seorang pemimpin, tugas-tugas pokok dan fungsinya, serta
etika profesi yang perlu di pakai oleh pemimpin.
Teknik
kepemimpinan adalah:
a) Kemampuan
dan terampilan dan teknis pemimpin dalam menerapkan teori-teori kepemimpinan di
tengah praktek kehidupan dan dalam organisasi tertentu
b) Melingkupi
konsep-konsep pemikirannya, prilaku sehari-hari serta peralatan yang digunakan.
Kepemimpinan
sifatnya universal: selalu ada, dan senantiasa di perlukan pada setisp usaha
bersama manusia. Kepemimpina adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin
dan yang dipimpin. Kepemimpinan muncul sebagai hasil dari interaksi otomatis
antara pemimpin dan yang di pimpin. Kepemimpinan berfungsi atas dasar kekuasaan
pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi, dan mengerakkan orang lain untuk
melakukan sesuatu, demi mencapai suatu tujuan tertentu.
B. PEMIMPIN
FORMAL DAN INFORMAL
Pemimpin
formal adalah orang yang oleh organisasi / lembaga tertentu di tunjuk sebagai
pemimpin, berdasarkan keputusan dan penganagkatan resmi untuk memangku jabatan
dalam struktur organisasi, dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan
dengannya, untuk mencapai sasaran organisasi.
Cirri-ciri
pemimpin formal:
1. Berstatus
sebagai pemimpin selama masa jabatan tertentu,atas dasar legalitas formal oleh
penunjukan pihak yang berwenang.
2. Harus
memenuhi beberapa persyaratan
3. Diberi
dukungan oleh organisasi untuk menjalan tugas dan kewajibannya
4. Mendapatkan
balas jasa materiil dan immaterial
5. Adanya
promosi atau kenaikan pangkat dandapat di mutasikan
6. Apabila
melakukan kesalahan akan dikenai sanksi dan hukuman
7. Di
beri kekuasaan dan wewenang
Pemimpin informal adalah orang yang
tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin, nanum karena ia
memiliki sejumlah kualitas unggul, dia mencapai kedudukan seabagai orang yang
mampu mempengaruhi kondisi psikis dan prilaku suatu kelompok atau masyarakat.
Cirri-ciri
pemimpin informal:
1.
Tidak memiliki legalitas sebagai
pemimpin
2.
Di tunjuk oleh sekelompok rakyat atau
masyarakat untuk menjadi pemimpin
3.
Banyak mendapat dukungan dari organiasi
formal dalam menjalankan tugas kepemimimpinananya
4.
Tidak mendapatkan imbalan atau balas jasa
hanya sukarela saja
5.
Tidak dapat promosi dan tidak bisa di
mutasikan
6.
Tidak dapat dihukum hanya respek orang
terhadapnya menjadi berkurang.
Baik
pemimpin formal dan pemimpin informal dapat menduduki suatu jabatan di sebabkan
oleh fakor beikut ini:
1.
Penunjukan dan penetapan dari atasan
2.
Karena warisan kedudukan yang
berlangsung secara turun-temurun
3.
Karena di pilih oleh pengikut dan para
pendukungnya
4.
Karena pengakuan tidak resmi oleh
bawahan
5.
Karena kelebihan yang dimiliki beberapa
kualitas pribadi
6.
Karena tuntutan situasi-kondisi atau
kebutuhan zaman
Kepemimpina
berfungsi sebagai pengerak/ dinamisator dan coordinator dari SDM, SDA , semua
dana, dan sarana yang disiapkan oleh
sekumpulan manusia yang berorganisasi. Manajemen adalah aktivitas dalam organisasi,
terdiri dari penentuan tujuan, dan penentuan sarana untuk mencapai sasaran
secar efektif. Administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua
orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Keberhasilan
organisasi dalam mencapai tujuan bergantung pada kepemimpinannya yaitu apakah
kepemimpinan tersebut mampu mengerakan semua sumber baik SDM, SDA, sarana,
dana, dan waktu secara efektif dan efesien serta terpadu dalam proses
manajemen. Karen itu kepemimpinan merupakn inti dari organisasi, manajemen dan
administrasi.
BAB
II
Beberapa
aspek penting yang perlu dibahas dan di perhatikan oleh pemimpin adalah
motivasi dan lingkungan kerja. Motivasi ialah sebab, alsan dasr, pikiran dasar,
dorongan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu. Motivasi kerja tidak hanya
berwujud kebutuhan ekonomis yang sifatnya materil saja akan tetapi bisa juga
berwujud respek/ penghargaan dari lingkungan, prestise dan status social yang
semuanya merupakan bentuk ganjaran social yang imateril sifatnya. Dalam bekerja
dan berarya manusia melaksanakan semua bakat dan potensinya , sehingga dia
mentranformasikan diri sendiri dan dunia untuk membudaya. Dengan begitu dia
mengangkat diri sendiri dan dunia pada tingkat human.seluruh kegiatan manusia
ini adalah bentuk aktivitas kultur, yaitu terdapat unia yang dimanusiakan oleh
manusia, kemudian dijadikan milik manusia di bangun/ dikerjakan secar individu
atau kolektif dalam bentuk organisasi yang teratur, yang terpimpin dengan baik.
Orang
bekerja pada dasrnya secara primer tidak selalu dikuasai oleh moti-motif
ekonomis belaka.sebab dibalik perolehan keuntungan dan uang, terdapat juga
dorongan batiniah yang sangat kuat untuk mencari status social diman individu
dapat berakar, untuk dihargai orang lain, mencari sekuritas, untuk diterima
menjadi bagian terintegrasi dari suatu unit untuk memainkan suatu peran.
BAB
III
A. Teori
kepemimpinan
Teori
kepemimpinan adalah penggeneralisasian prilaku pemimpin dan konsep
kepemimpinanaya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-musabab tim
bulnya kepemimpinan, persyaratan menjadi pemimpin, tupoksi serta etika profesi
kepemimpinan.
1.
Latar belakang sejarah pemimpin dan
kepemimpinan
Kepemimpinan
muncul bersama-sama adanya peradaban manusia yaitu sejak zaman nabi-nabi dan
nenek moyang manusia yang berkumpul bersama, lalu bekerja bersama-sama untuk
mempertahankan eksistensi hidupnya menantang kebuasan binatang dan alam
sekitarnya.sejak itulah terjadi kerja sama antara manusia dan ada unsure
kepemimpinan. Pada sat itulah orang yang ditunjuk sebagai pemimpin ialah orang
yang paling kuat paling cerdas dan pemberani.
2.
Sebab- musabab munculnya pemimpin
Teori
yang menjelaskan munculnya kepemimpinan adalah:
a)
Teori genetis
·
Bakat – bakat alami yang luar biasa di
bawa sejak lahir
·
Ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam
situasi dan kondisi yang bagaimana pun juga
·
Menganut pandangan deterministis
b)
Teori social
·
Pemimpin di siapkan, di didik dan di
bentuk artinya idak terlahir begitu saja
·
Setiap orang bisa menjadi pemimpin
c)
Teori ekologis atau sintesis
Seseorang
akan sukses menjadi pemimpin , bila sejak lahir dia telah memiliki bakat-bakat
kepemimpinan, an bakat ini sempat di kembangkan melalui pengalaman dan usaha
pendidikan juga sesuai dengan tuntutan lingkungan atau ekologisnya.
3.
Tipe dan gaya kepemimpinan
Tipe-tipe
kepemimpinan:
1)
Diserter (pembelot)
2)
Birokrat
3)
Misionaris
4)
Developer
5)
Otokrat
6)
Otokrat yang bijak (benevolent autocrat)
7)
Compromiser (kompromis)
8)
Eksekutif
Syarat-syarat kepemimpinan:
1)
Kekuasaan ialah kekuatan ,otoritas dan
legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan
menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatau
2)
Kewibawaan iadalah kelebihan ,
keunggulan, keutamaan,sehingga orang mampu mengatur orang lain, sehingga orang
tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan
tertentu
3)
Kemampuan ialah segala daya,
kesanggupan, kekuatan dan kecakapan yang di anggap melebihi kemampuan anggota
biasa.
Menurut
stogdill Pemimpinan harus memiliki beberapa kelebihan antara lain:
· Kapasitas
· Prestasi
· Tanggung
jawab
· Partisipasi
· Status
Menurut
Earl nightingale (1965) kemampuan dan syarat yang harus dimiliki seorang
pemimpin, antara lain:
· Kemandirian
, berhasrat memajukan diri sendiri
· Besar
rasa ingin tahu, dan cepat tertarik pada manusia dan benda-benda
· Multiterampil,
memiliki kepandaian yang beraneka ragam
· Memiliki
rasa humor, antusiasme yang tinggi dan suka berkawan
· Perfeksionis,
selalu ingin mendapatkan yang sempurna
· Mudah
menyesuaikan diri, adaptasi yang tinggi
· Sabar
namun ulet
· Waspada
,peka , jujur , optimis, berani , gigih
· Komunikatif
· Berjiwa
wiraswasta
· Sehat
jasmani
· Tajam
firasatnya
· Berpengetahuan
luas
· Memiliki
motivasi tinggi, dan
· Punya
imajinasi yang tinggi
4.
Sifat-sifat pemimpin
Menurut
Orway tead, mengemukan 10 sifat pemimpin, antara lain sebagai berikut?
1)
Energy jasmaniah dan mental
2)
Kesadaran akan tujuan dan arah
3)
Antusiasme
4)
Keramahan dan kecintaan
5)
Integritas
6)
Penguasaan teknis
7)
Ketegasan dalam mengambil keputusan
8)
Kecerdasan
9)
Keterampilan mengajar
10)
Kepercayaan
Menurut
George R. terry (1964) ada 10 sifat pemimpin yang unggul
1)
Kekuatan
2)
Stabilitas emosi
3)
Pengetahuan tentang relasi insani
4)
Kejujuran
5)
Objektif
6)
Dorongan pribadi
7)
Keterampilan berkomunikasi
8)
Kemampuan mengajar
9)
Keterampilan social
10)
Kecakapan teknis/ manajerial
BAB IV
Kepemimpinan Meode dan Tipe
Kepemimpinan
I.
Kepemimpinan dan Metode Kepemimpinan
Dahulu
banyak orang berpendirian, bahwa kepemimpinan itu tidak dapat dipelajari. Sebab
kepemimpinan adalah suatu bakat yang diperoleh orang sebagai kemampuan istimewa
yang dibawa sejak lahir. Jadi, orang menyatakan bahwa memang tidak ada dan
tidak diperlukan teori dan ilmu kepemimpinan. Suksesnya kepemimpinan itu
disebabkan oleh keberuntungan seorang pemimpin yang memiliki bakat alam yang
luar biasa, sehingga dia memiliki karisma dan kewibawaan untuk memimpin massa
yang ada disekitarnya.
Yang
dapat dikemukakan mengenai kepemimpinan itu adalah sebagai berikut :
a. Kepemimpinan
itu sifatnya spesifik, khas, dipelukan bagi stu situasi khusus.
b. Pada
umumnya pemimpin itu juga memiliki beberapa sifat-sifat superior, melebihi
kawan-kawan lainnya atau melebihi para pengikutnya.
Beberapa
definisi mengenai kepemimpinan adalah sebagai berikut :
a. Bisnis
mengenai kepemimpinan berkata kepemimpinan merupakan Proses dengan mana seorang
agen menyebabkan bawahan bertingkah laku menurut satu cara tertentu
b. Ordway
Tead dalam bukunya The Art of Leadership menyatakan kepemimpinan adalah
kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
c. George
R. Terry dalam bukunya Principle of Management berkata kepemimpinan adalah
kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai
ttujuan-tujuan kelompok.
d. Howard
H. Hoyt dalam bukunya Aspec of Modern Publik Administration menyatakan
kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan
untuk membimbing orang.
Klasifikasi
Kepemimpinan :
1. W.M.
Conway mebagi atas :
·
The crowd-compeller, yaitu kepemimpinan
dengan jalan memaksakan kehendak sendiri kepada khalayak ramai/kelompok.
·
The crowd-exponent, merupakan penerjemah
atau penampilan dari khalayak/kelompok.
·
The Crowd-representative, yaitu wakil
atau utusan dari khalayak ramai
2. F.C
Barlet membagi kepemimpinan atas :
·
Kepemimpinan institusional atau
kelembagaan
·
Kepemimpinan yang dominan
·
Kepemimpinan persuasif, yang dapat
mengajak dan meyakinkan.
3. A.B.
Wolfe membagi atas :
·
Kepemimpinan konservatif (kolot, kuna).
·
Kepemimpinan radikal
·
Kepemimpinan yang ilmiah.
4. Kimball
Young seorang profesor sosiologi terkenal dari Amerika Serikat mebagi
kepemimpinan dalam leadership/kepemimpinan dan headship/perkepalaan.
·
Kepemimpinan merupakan bentuk dominasi
didasari kemampuan pribadi yang sanggup mendorong dan mengajak orang lain untuk
berbuat sesuatu berdasarkan akseptansi/penerimaan oleh kelompoknya, dan
memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus.
·
Perkepalaan/headship atau pemimpin
institusional dikaitkan dengan kekuasaan formal yang bisa dioperkan secara
kultural.
Dari
suatu segi, kepemimpinan dapat dilihat sebagai instrumen dalam suatu
organisasi, yang memiliki kekuatan dan kekuasaan tertentu untuk melancarkan
kegiatan organisasi dalam mengejar tujuan bersama.
Kepemimpinan
juga dapat dilihat sebagai produk satu keadaan, yang ditentukan oleh tiga
faktor, yaitu :
a. Pribadi
pemimpin dengan cara hidup dan filsafat hidupnya.
b. Struktur
kelompok dengan ciri-ciri khasnya,
c. Problema
dan kejadian-kejadian yang berlangsung pada saat itu.
Interaksi
antara pemimpin dan situasi lingkungannya membentuk tipe kepemimpinan tertentu.
Sedang proses interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya akan
memunculkan dinamika serta hukum-hukumnya tersendiri, yang menjadi sistim
interaksi dalam membentuk tokoh pemimpin dan kepemimpinan.
Fungsi
Kepemimpinan Organisasional
Adapun
fungsi kepemimpinan organisasional (pemimpin di dalam organisasi) ialah :
a. Memprakarsai
struktur organisasi
b. Menjaga
adanya koordinasi dan integritas organisasi supaya semuanya beroperasi secara
efektif
c. Merumuskan
tujuan institusional atau organisasional, dan menentukan sarana serta cara-cara
yang efisien untuk mencapai tujuan tersebut
d. Menengahi
pertentangan dan konflik-konflik yang muncul dan mengadakan evaluasi serta
evaluasi ulang
e. Mengadakan
revisi, perubahan, inovasi pengembangan dan penyempurnaan dalam organisasi.
Metode
Kepemimpinan
Metode
kepemimpinan ialah cara bekerja dan bertingkah laku pemimpin dalam membimbing
para pengikutnya untuk berbuat sesuatu.
Ordway
Tead dalam bukunya (The Art of Administration, 1951) mengemukakan metode
bencikepemimpinan, dibawah ini :
1. Memberi
perintah
Perintah
itu timbul dari situasi formal dan relasi kerja. Karena itu perintah adalah
fakta fungsional pada organisasi, kedinasan atau jawatan pemerintah atau
swasta, berbentuk instruksi, komando, peraturan tata tertib, standar praktik
atau perilaku yang harus dipatuhi.
2. Memberikan
calaan dan pujian
Celaan
harus diberikan secara objektif dan tidak bersifat subjektif. Juga tidak
disertai emosi-emosi yang negatif (benci, dendam, curiga, dan lain-lain).
Celaan sebaiknya berupa teguran dan dilakukan secar rahasia, tidak secara
terbuka dimuka banyak orang. Sebaliknya, pujian diberikan sebab pribadi yang
berangkutan telah melakukan tugasnya dengan baik dan mampu berprestasi.
3. Memupuk
tingkah laku priibadi pemimpin yang benar
Pemimpin
harus bersifat objektif dan jujur. Ia harus menjauhkan diri dari rasa
pilih-kasih atau favoritisme karena hal ini bisa menurunkan moral
anggota-anggota lainnya, menumbuhkan keraguan, kemuakan serta kecemburuan
sosial.
4. Peka
terhadap saran-saran
Sifat
pemimpin itu harus luwes dan terbuka dan peka pada saran-saran eksternal yang
positif sifatnya. Dia harus menghargai pendapat-pendapat orang lain, untuk
kemudian mengkombinasikannya dengan ide-ide sendiri.
5. Memperkuat
rasa kesatuan kelompok
Untuk
menghadapi macam-macam tantangan luar dan kekomplekan situasi masyarakat
modern, pemimpin perlu bisa menciptakan rasa kesatuan kelompoknya, dengan
loyalitas tinggi dan kekompakan yang utuh.
6. Menciptakan
disiblin diri dan disiblin kelompok
Setiap
kelompok akan mengembangkan tata cara dan pola tingkah laku yang hanyya berlaku
dalam kelompok sendiri, yang harus ditaati oleh seluruh anggota. Hal ini
penting untuk membangkitkan rasa tanggung jawab, uniformitas, dan disiblin
kelompok.
7. Meredam
kabar angin dan isu-isu yang tidak benar
Kesatuan
dan efektivitas kerja dari kelompok bisa di guncang oleh gangguan kabar-kabar
angin dan desas-desus yang tidak benar, beserta fitnahan-fitnahan dari luar,
yang diarahkan pada perorangan atau padda organisasi secara keseluruhan.
II.
Kepemimpinan yang tidak efisien
Inteligensi
rendah, sifat penakut dan pengecut, sikap yang egoitis atau individualitis,
atribut infantil (kekanak-kanakan), tidak bertanggung jawab, dan lain-lain,
semua itu merupakan ciri-ciri negatife yang tidak patut dimiliki oleh seorang
pemimpin demokratis dalam kelompok individu yang sehat. Maka pemimpin yang
tidak efisien itu semisal mesin termostat kuno yang secara tidak perduli
memberikan panasnya ( perintah, instruksi, komando, tekanan dan
kesewenang-wenangannya) kepada sekitar. Sebab dia memiliki kepribadian yang
kaku, tertutup, tidak peka, tidak perdulian, dan selalu tidak mau menerima
pesan serta informasi dari para pengikutnya. Sifat-sifatnya aneh, tidak lumrah,
tidak patut dan tidak komunikatif.
III.
Teori Tentang Kepemimpinan
G.R
Terry mengemukakan sejumlah teori kepemimpinan, yaitu teori-teori sendiri
ditambah dengan teori-reori penulis lain, sebagai berikut :
1.
Teori Otokratis dan Pemimpin Otokratis
Kepemimpinan
menurut teori ini didasarkan atas perintah-perintah, paksaan, dan
tindakan-tindakan yang arbitrr (sebagai wasit). Ia melakukan pengawasan yang
ketat, aagar semua pekerjaan berlangsung secara efesien. Kepemimpinannya
berorientasi pada struktur organisasi dan tugas-tugas.
2.
Teori Psikologis
Teori
ini menyatakan, bahwa fungsi seorang pemimpin adalah memunculkan dan
mengembangkan sistim motivasi terbaik, untuk merangsang kesediaan bekerja dari
para pengikut dan anak buah. Pemimpin merangsang bawahan agar mereka mau
bekerja guna mencapai sasaran-sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi
tujuan-tujuan pribadi.
3.
teori Sosiologis
Kepemimpinan
dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan antar-relasi dalam organisasi,
dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para
pengikutnya, agar tercapai kerja sama yang baik
.4.
Teori Suportif
Menurut
teori ini, para pengikut harus berusaha sekuat mungkin dan bekerja dengan penuh
gairah, sedang pemimpin akan membimbing dengan sebaik-baiknya melalui policy
tertentu. Pemimpin perlu menciptakan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan,
ddan bisa membantu mempertebal keinginan setiap pengikutnya untuk melaksanakan
pekerjaan sebaik mungkin, sanggup bekerja sama dengan pihak lain, mau
mengembangkan bakat dan keterampilannya dan menyadari benar keinginan sendiri
untuk maju.
5. Teori
Laissez Faire
Kepemimpinan
laissez faire ditampilkan oleh seorang tokoh “ketua dewan” yang sebenarnya
tidak becus mengurus dan dia menyerahkan semua tanggung jawab serta pekerjaan
kepada bawahan atau kepada semua anggotanya. Dia adalah seorang anggota yang
berindak sebagai simbol, dengan macam-macam hiasan atau ornamen yang mentereng.
Biasanya dia tdak memiliki keterampilan teknis. Sedangkan kedudukan sebagai
pemimpin ( direktur, ketua dewan, kepala, komandan, dan lain-lain) dimungkinkan
oleh sistim nepotisme, atau lewat praktik penyauapan.
6. Teori
Kelakuan Pribadi
Kepemimpinan
jenis ini akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas pribadi atau pola-pola
kelakuan para pemimpinnya. Teori ini menyatakan, bahwa seorang pemimpin itu
selalu berkelakuan kurang lebih sama, yaitu ia tidak melakukan
tindakan-tindakan yang identik sama dalam setiap situasi yang dihadapi.
7. Teori
Sifat Orang-orang Besar
Ada
beberapa ciri-ciri unggul sebagai predisposisi yang diharapkan akan dimiliki
oleh seorang pemimpin, yaitu memiliki inteligensi tinggi, banyak inisiatif,
energik, punya kedewasaan emosional, memiliki daya persuasif dan keterampilan
komunikatif, memiliki kepercayaan diri, peka, kreatif, mau memberikan
partisipasi sosial yang tinggi, dan lain-lain.
8. Teori
Situasi
Menjelaskan
bahwa harus terdapat daya lenting yang tinggi/luwes pada pemimpin untuk
menyesuaikan diri terhadap tuntutan situasi, lingkungan sekitar dan zamannya.
9. Teori
Humanistik/Populastik
Fungsi
kepemimpinan menurut teori ini ialah merealisir kebebasan manusia dan memenuhi
segenap kebutuhan insani, yang dicapai melalui interaksi pemimpin dengan
rakyat. Untuk melakukan hal ini perlu adanya organisasi yang baik dan pemimpin
yang baik yang mau memperhatikan kepentingan dan kebutuhan rakyat.
IV.
Tipe Kepemimpinan
Selanjutnya,
ada kelompok sarjana lain yang membagi tipe kepemimpinan sebagai berikut :
1. Tipe
Karismatik
Tipe
kepemimpinan karismatik ini memiliki kekuatan energi, daya-tarik dan pembawa
yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut
yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya.
2. Tipe
Paternalistis
Yaitu
tipe kepemimpinan yang kebapakan, dengan sifat-sifat antara lain sebagai
berikut :
a. Dia
menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak
sendiri yang perlu dikembangkan.
b. Dia
bersikap terlalu melindungi
c. Jarang
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri
d. Dia
hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif
e. Dia
tidak memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada pengikut
dan bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri.
f. Selalu
bersikap maha tahu dan maha benar.
3. Tipe
Militeristis
Adapun
sifat-sifat pemimpin yang militeristis antara lain ialah :
a. Lebih
banyak menggunakan sistim perintah/komando terhadap baahannya, keras, sangat otoriter,
kaku dan sering kali kurang bijaksana.
b. Menghendaki
kepatuhan mutlak dari bawahan.
c. Sangat
menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang
berlebihan.
d. Menuntut
adanya disiblin keras dan kaku dari bawahannya.
e. Tidak
menghendaki saran, usul, sugesti dan kritikan dari bawahan.
f. Komunikasi
hanya berlangsung searah saja.
4. Tipe
Otokratis
Kepemimpinan
otokratis mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus
dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai pemain tunggal pada a one-man
show. Ia berambisi sekali untuk merajai situasi. Setiap perintah dan kebijakan
ditetapkan tanpa bekonsultasi dengan bawahannya. Anak buah tidak pernah diberi
informasi mendetail mengenai rencana dan tindakan yang harus dilakukan. Semua
pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan
pribadi pemimpin sendiri.
5. Tipe
Laissez Faire
Pada
tipe ini, pemimpin prktis tidak memimpin dia membiarkan kelompoknya dan seiap
orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam
kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan
sendiri. Dia merupakan pemimpin simbol, dan biasanya tidak memiliki
keterampilan teknis.
6. Tipe
Populistis
Kepemimpinan
populistis ini berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional.
Juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang-hutang luar
negeri (asing).
7. Tipe
Administratif atau Eksekutif
Kepemimpinan
tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi
secara efektif. Sedang para pemimpinnya terdiri dari teknokrat dan
adminstratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan
pembangunan.
8. Tipe
Demokratis
Kepemimpinan
demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien
kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,
dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan
kerja sama yang baik.
BAB V
Asas dan Fungsi Kepemimpinan
Tugas-Tugas Pemimpin
I.
Asas dan Fungsi Kepemimpinan
Fungsi
kepemimpinan ialah memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau
membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin
jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi/pengawasan yang
efisien, dan membawa para pengikutya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai
dengan ketentuan waktu dan perencanaan.
Dalam
tugas-tugas kepemimpinan tercakup pula pemberian insentif sebagai motivasi
untuk bekerja lebih giat. Intensif material dapat berupa uang, sekuritas fisik,
jaminan sosial, jaminan kesehatan, premi, bonus, kondisi kerja yang baik,
pensiun fasilitas tempat tinggal yang menyenangkan, dan lain-lain. Juga bisa
diwujudkan dalam bentuk insentif sosial berupa promosi jabatan, status sosial
tinggi, martabat diri, prestise sosial, respek, dan lain-lain.
Asas-asas
kepemimpinan ialah :
a. Kemanusiaan,
mengutamakan sifat-sifat kemanusiaan, yaitu pembimbingan manusi oleh manusia,
untuk mengembangkan potensi dan kemampuan setiap individu, demi tujuan-tujuan
human.
b. Efisien,
efisiensi teknis maupun sosial, berkaitan dengan terbatasnya sumber-sumber,
materi dan jumlah manusia, atas prinsip penghematan, adanya nilai-nilai
ekonomis, serta asas-asas manajemen modern.
c. Kesejahteraan
dan kebahagiaan yang lebih merata, menuju pada taraf kehidupan yang lebih
tinggi.
II.
Teknik Kepemimpinan
Teknik
kepemimpinan ialah kemampuan dan keterampilan teknis serta sosial pemimpin
dalam menerapkan teori-teoi kepemimpinan pada praktik kehidupan serta praktik
organisasi, yaitu : melingkupi konsep-konsep pemikiran, perilaku sehari-hari,
dan semua peralatan yang dipakai.
Teknik
kepemimpinan ini antara lain :
1. Etika
profesi pemimpin dan etiket.
2. Kebutuhan
dan motivasi ( manusia ).
3. Dinamika
kelompok.
4. Komunikasi.
5. Kemampuan
pengambilan keputusan.
6. Keterampilan
berdiskusi dan permainan lainnya.
III.
Etika Profesi Pemimpin dan Etiket
Etika
profesi kepemimpinan itu mengandung kriteria sebagai berikut :
1. Pemimpin
harus mempunyai satu atau beberapa kelebihan dalam pengetahuan, keterampilan
sosial, kemahiran teknis serta pengalaman,
2. Sehingga
dia kompeten melakukan kewajiban dan tugas-tugas kepemimpinannya, disamping
3. Mampu
bersikap susila dan dewasa.
4. Memiliki
kemampuan mengontrol diri yaitu mengontrol pikiran, emosi, keinginan dan
segenap perbuatannya, disesuaikan dengan norma-norma kebaikan.
5. Selalu
melandaskan diri pada nilai-nilai etis (kesusilaan, kebaikan).
6. Dikenai
sanksi.
Dengan
demikian, etika profesi pemimpin memberikan landasan kepada setiap pemimpin
untuk selalu :
1. Bersikap
kritis dn rasional
2. Bersikap
otonom
3. Memberikan
perintah-perintah dan larangan yang adil dan harus ditaati oleh setiap lembaga
dan individu.
Yang
berkaitan erat dengan etika profesi kepemimpinan ialah etiket yang harus
ditetapkan oleh pemimpin. Etiket pemimpin itu sangat dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya pendidikan dan sivilisasi pribadi pemimpin. Juga dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya tingkat kebudayaan sebagai konteks-sosial yang mewadahi
pribadi pemimpin.
BAB VI
Dinamika Kelompok Organisasi Formal
dan Informal
I.
Dinamika Kelompok
Kelompok itu adalah kumpulan yang terdiri dari dua
atau lebih individu, dan kehadiran masing-masing individu mempunyai arti serta
nilai bagi orang lain, dan ada dalam situasi saling mempengaruhi. Pada setiap
anggota kelompok tadi selalu kita dapati aksi-aksi dan reaksi yang timal balik.
Jadi ada dinamika kelompok.
Longgar
atau kompaknya ketergantungan para anggota kelompok tadi diteentukan oleh
beberapa faktor, antara lain oleh :
1. Besarnya
anggota kelompok,
2. Tujuan
yang hendak dicapai bersama-sama,
3. Bentuk
organisasi yang telah dibangun,
4. Intimitas
para anggotanya satu terhadap lainnya.
Individu
dalam kelompoknya itu sifatnya dinamis, sebab saling mempengaruhi dan saling
mendorong.
II.
Fungsi Kelompok Bagi Individu, dan
Fungsi Pemimpin
Fungsi
kelompok bagi individu, ialah sebagai berikut :
a. Kelompok
itu memberikan wadah-sosial dan ruang hidup psikologis kepada individu,
sehingga memunculkan sense of belonging (merasa menjadi anggota dari satu
kelompok), untuk berprestasi dan bekerja sama dengan orang lain.
b. Menjadi
kader-referensi untuk mengaitkan diri, sehingga muncul loyalitas,
kesetiakawanan.
c. Memberikan
rasa aman/sekuritas
d. Memberikan
ideal-ideal, cita-cita, tujuan-tujuan (hidup) tertentu dan asas-asas perjuangan
bagi hidupnya.
e. Kelompok
dijadikan alat atau wahana untuk mencapai cita-cita hidupnya dan untuk
membangun bersama-sama.
f. Di
dalam kelompok, individu menjadi satu bagian dari gestalt kelompok.
Fungsi
pemimpin dalam kelompok
Tugas
pemimpin dalam kelompok ialah :
1. Memelihara
struktur kelompok, menjamin interaksi yang lancar dan memudahkan pelaksanaan
tugas-tugas
2. Menyinkronkan
ideologi, ide, pikiran, dan ambisi anggota kelompok dengan pola keinginan
pemimpin.
3. Memberikan
rasa aman dan status yang jelas kepada setiap anggota, sehingga mereka bersedia
memberikan partisipasi penuh.
4. Memanfaatkan
dan mengoptimasikan kemampuan, bakat, dan produktivitas semua anggota kelompok
untuk berkarya dan berprestasi.
5. Menegakkan
peraturan, larangan, disiblin dan norma-norma kelompok agar tercapai kepaduan
kelompok, meminimalisir konflik dan perbedaan-perbedaan.
6. Merumuskan
nilai-nilai kelompok, dan memilih tujuan-tujuan kelompok
7. Mampu
memenuhi harapan, keinginan dan kebutuhan para anggota
III.
Organisasi Formal dan Informal
Organisasi
formal adalah organisasi yang ada di atas kertas, dengan relasi-relasi logis
berdasarkan peraturan, konvensi dan kebijakan dari organisasi dengan pembagian
tugas pekerjaan dengan hierarki kerja.
Ciri-ciri
khas organisasi formal :
1. Bersikap
impersonal
2. Kedudukan
setiap individu berdasarkan fungsi masing-masing di dalam suatu sistim
hierarki, dengan tugas pekerjaan masing-masing.
3. Ada
relasi formal berlandskan alasan-alasan idiil dan konvensi/ status resmi dalam
organisasi.
4. Suasana
kerja dan komunikasi berlandaskan pada kompetisi/persaingan dan efisiensi.
Organisasi
informal ialah sistem interelasi manusiawi berdasarkan rasa suka, dengan iklim
psikis yang intim, kontak muka, berhadapan muka serta moral tinggi.
Ciri-ciri
khas organisasi informal antara lain :
1. Terintegrasi
dengan baik
2. Diluar
kelompok primer atau informal ini terdapat kelompok yang lebih besar, yaitu
kelompok formal/sekunder dimana kelompok primer menjadi bagian dari padanya.
3. Setiap
anggota secara individual mengadakan interelasi berupa jaringan perikatan yang
pribadi atau personal disertai komunikasi akrab.
4. Terdapat
iklim psikis suka dan tidak suka atau acuh dan tidak acuh.
5. Sedikit
atau banyak, setiap anggota mempunyai sikap yang pasti terhadap anggota-anggota
lainnya dan dimuati afeksi serta emosi-emosi tertentu.
Bab
VII
Pemimipin Dan Komunikasi
Pemimpin
harus selalu berkomunikasi dengan semua pihak, baik melalui hubungan formal
maupun informal. Suksesnya pelaksanaan tugas pemimpin itu sebagian besar
ditentukan oleh kemahirannya menjalin komunikasi yang tepat dengan semua pihak,
secara horizontal maupun secara vertikal, ke atas dan ke bawah.
v Persyaratan dan Bentuk- bentuk
Komunikasi
- Syarat-syarat
komunikasi bersifat permisif yaitu sebagai berikut
1. Dalam
suasana bebas, gembira, tanpa tekanan-tekanan tertentu, pemimpin menerima
individu lain tanpa prasangka dan dengan lapng dada.
2. Pemimpin
menghargai kelebihan orang lain, dan memahami
serta mamaffkan kelebihan masing-masing orang
3. Bersedia
mendengar pendapat orang lain
- Bentuk-
Bnetuk Komunikasi
Keberhasilan
kepemimpinan tergantung pada kemampuan
pemimpin menjabarkan kebijakan/policy organisasi dan ide-ide yang praktis bisa
dilaksanakan oleh bawahannya.. maka komunikasi yang efektif akan memudahkan
penjabarab kebijakan tersebut. Komunikasi juga menjadi sarana primer untuk
mengubah tingkah laku, dengan jalan mempengaruhi dan meyakinkan para
bawahannya. Maka dua bentuk komunikasi
dalam Kepemimpinan organisasi adalah :
1. Komunikasi
Satu Arah ( One Way Communication)
Keuntungan Komunikasi satu arah
Dapat berlangsung cepat dan efisien,
serta top-down
Dapat melindungi pemimpin, sehingga
bawahan tidak dapat menilai melihat kesalahan dan kelemahan pemimpin
Kelemahan Komunikasi satu arah
Kepemimpinannya bersifat otoriter
Dapat menimbulkan ketidakjelaasan, salah
paham, penafsiran kelliru, sentiment, dan banyak ketegangan.
2. Komunikasi
Dua Arah
Keuntungan komunikasi dua arah
Semua perintah dapat diterima dengan
tepat dan akurat, karena dapat di diskusikan apabila pesa-pesan yang diberikan
kurang dimengerti.
Bisa mengurangi salah paham dan salan
interpretasi
Suasana lebih demokratis
Kelemahan komunikasi dua arah
Komunikasi dan kepatuhan berjalan lambat
Kemungkinan muncul sikap menyerang pada
bawahan dan sikap bertahan pada pemimpin.
Setiap saat bisa timbul masalah-masalah
baru yang dapat mentulitkan posisi
pemimpin.
v Faktor
– Factor Penebab Komunikasi Yang Tidak
Lancer
Pembagian tugas pekerjaan yang sangat
kompleks sehingga menghambat komunikasi dan mentulitkan terjadinya koordinasi
yang baik
Terlalu banyaknya kompetisi dan persaingan
yang tidak sehat
Latar belakang sosio-kultural yang
berbeda- beda
Pengabaian faktor-faktor personal dan
emosional dari kepribaadian individu.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai
dinamisator dan organisator, pemimpin
harus
selalu
berkomunikasi, baik melalui hubungan formal maupun informal.
Hubungan
formal adalah jalinan ikatan anatara pemimpin dengan bawahan berdasarkan konvensi,ketentuan hukum,saluran
resmi dan jaur komnado untuk melaksankan koordinasi dan manajemen.sedangkan
hubungan informal adalah hubungan berupa kontak pribadi, pertemuan prive, tukar
menukar pendapat/pikiran dengan prosedir pergaulan biasa.
v Pengambilan Keputusan
Dalam kondisi ketidakpastian dengan
banyak perubahanyang mendadak, maka kativitas pengambilan keputusan merupakan unsure
yang paling penting. Namun juga paling sulit untuk dilakukan. Apabila pemimpin
mampu denga tangkas,cerdas, cepat dan arif bijaksana mengambil keputusan dengan
tepat, maka organisasi atau administrasi bisa berfungsi secara efektif dan
produktif.
H.A Simon dalam bukunya Administrative
Behaviour (1947), mengungkapkan 3 proses pengambilan keputusan, yaitu:
1. Intelegency
Activity, yaitu proses penelitian siatuasi dan kondisi dengan wawasan yang
intelegensi.
2. Design
Activity, yaitu proses menemukan masalah, mengembangkan pemahaman dan
menganalisa kemungkinan pemecahan masalah serta tindakan lebih lanjut , jadi
ada perencanaan pola kegiatan.
3. Choice
Activites yaitu memilih salah satu tindakan dari sekian banyak alternative atau
kemungkinan pemecahan masalah.
v Keterampilan Berdiskusi
Kemampuan berdiskusi merupakan sala satu
persyaratan yang mutlak perlu bagi setiap
unsure
pimpinan. Sebab diskusi merupakan salah satu cara berkomunikasi dengan atasan,
kolega, dan bawahan. Untuk memecahkan
suatu permasalahan.
·
Manfaat
Diskusi
Dapat memperluas dan memperdalam
pengetahuan, penyelesaian masalah, memperlebar sudut pandang dan ruang lingkup
permasalahan, serta merperluas kemungkinan pemecahan
Akumulasi ide-ide yang konstruktif dan
kejelasan yang lebih gamblang
Meningkatkan proses pengedepanan
masalah, proses internalisasi, juga refleksi perenungan pemikiran kembali
berdasarkan wawasan baru.pembentukan kepribadian yang lebih kaya pengetahuan
dan lebih matang
·
Tujuan Berdiskusi
Untuk memikirkan beberapa alternative kemungkinan
pemecahan, yang di perlukan dalam pengambilan keputusan
Untuk mendapatkan informasi dan data
selengkap mungkin dan memikirkan masalah seefisien munngkin.
Bab
VIII
Rekapitulasi
Tugas-Tugas Pemimpin
Rekapitulasi
tugas-tugas pemimpin yang bisa dibedakan dari tugas anggota biasa ialah sebagai
berikut:
1. Dalam
prurutan waktu yang relative menjadi pendek
2. Pemimpin
harus mampu menyusun kebijakan/policy yang bijaksana, dan mampu mengadakan
seleksi seara cermat dan tepat serta banyak alternatife
3. Pemimpin
setiap saat akan dikonfrontasikan oleh peristiwa-peristiwa baru
4. Pemimpin
harus bisa menerjemahkan atau menafsirka ide-ide, konsep dan policy organisasi
5. Pada
struktur piramida, pemimpin tertinggi mempunyai mempunyai kewibawaan tertinggi.
Kekuasaan nterteletak pada tangan pemimpin
6. Pemimpin
harus sanggup berfikir kreatif, orisinil, otentik, dan futuristic( melihat jauh
ke depan).
7. Pemimpin
harus mampu membangun sikap kooperatifdan partisipatif pada setisp bawahannya.
8. Pemimpin
harus adil dan menegakkkan keadilan dalam organisasi
9. Keseimbangan
antara pelaksanaan rutin
10. Tugas
yang paling sulit bagi seorang pemimpin adalah pengambilan keputusan( decision
making)
11. Pemimpin
harus bertanggungjawab
12. Pemimpin
harus mampu menangani masalah atau komflik dalam organisasi atau adanya
manajemen konflik yang baik
Maka efisiensi
kepemimpinan tidak hanya diukur dengan criteria efisiensi teknis saja,
tetapi
juga criteria mental ( kebahagian batiniah.dengan demikian orang akan menilai
dampak-dampak kepemimpinan yang efekti atau buruk/gagal itu dengan
criteriamanusiawi. jadi tidak dinila secara teknis saja.
Bab
IX
Manajemen
dan kepemimpinan
Determinan
dan kekuatan yang berhubungan dengan kepemimpinan
1.
Manajemen
dan pemimpin
Pemimpin dan kepemimpinan berkaitan erat dengan usaha manajemen
bahkan
menjadi unsur inti
dari organisasi, manajemen dan
administrasi. Pada umumnya pengertian
manajemen itu di
perjelas dalam fungsi-fungsi manajemen yaitu disingkat dengan P,O.A.C.,
·
Planning ( perencanaan) adalah kegoatan
menetukan sasaran yang akan dicapai, dan
memikirkan cara serta sarana-sarana
pencapainnya.
- Organizing
( pengorganisasian) pengurusan semua sumber tenaga yang ada dengan
landasan konsepsi yang tepat, dan penentuan masing-masing fungsi sehingga
merupakan suatu totlitaas sistem , dimana bagian satu saling bergantung
pada bagian lainnya.
- Actuating
(Pengarahan) adalah pengarahan yang
nyata meruoakan kegiatan peggerakkan pengedalian sumber dalam usaha
pencapaian sasaran
- Controling
(Pengawasan) adalah mengawasi bawahan agar para bawahan bekerja sama
dengan baik ke arah pencapaian
sasaran dan tujuan umum organisasi.
Fungsi
manajemen lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah evaluasi atau
penilaian adalah meninjau kembali dan
pengontrolan tugas, agar semua tugas berlangsung dengan tepat sesuai dengan
norma dan standar yang sudah digariskan dalam perencanaan.
Jika
control dan evaluasi longgar biasanya akan mengakibatkan gagalnya menemukan
kelemahan-kelemahan dan penyimpangan.
- Determinan
kepemimpinan dan kekuatan yang bergubungan dengan kepemimpinan
Agar
kepemimpinan menjadi operasional, perlu ada 3 determinan kepemimpinan yaitu:
1. Faktor
Orang atau Pribadi
Konsepsi
kepemimpinan memusatkan perhatin pada kepribadian pemimpin dengan
kualitas-kualitas yang unggul. Cirri-ciri pemimpin yang khas adalah memiliki
intelegensi, inisiatif, kemampuan melaksanakan supervise,kemampuan mengambil
keputusan yang tepat.
2. Faktor
Posisi
Individu
seorang pemimpin memiliki semacam citra atau gambaran mengenai perilaku
sendiri, disamping itu , orang luar juga mempunyai semcam gambaran tentang
apa yang harus dilakukan oleh seorang
pemimpin dalam posisi tertentu.
3. Faktor
Situasi/Tempat
Situasi
khusus membutuhkan pemimpin yang khusus pula. Sifat-sifat pemimpin harus sesuai
dengan kebutuhan kelompk yang bersangkutan dan cocok dengan situasi, tempat,
atau zamannya.
Jhone
French dan Bertram Raven mengemukakan suatu kerangka kekuatan/framework of
power berhubungan dengan pengaruh kepemimpinan, yaitu:
- Kekuatan
( Coersive power)
Pemimpin
mengandalkan kekuasaan pribadinya untuk melkasanakan keinginan kepada para
bawahannya.
- Kekuatan
via pemberian penghargaan ( reward power)
Bawahan
yang bertingkahlaku sesuai dengan norma tertentu akan diberi penghargaan dalam
wujud material maupun nonmaterial
- Kekuatan
karena pengesahan ( Legitimated Power)
Kekuatan
yang diperoleh melalui posisi “supervisor”
di dalam organisasi yang bersangkutan.
- Kekuatan
oleh pemilikan suatu keahlian ( expert power)
Kekuatan
karena pemimpin memiliki keterampilan
teknis dan sosial, pengetahuan, pengalaman dan keahlian khusus.
- Kekuatan
penyamanan diri dengan orang yang dikagumi( identification power )
Kekuatan
atas dorongan identifikasi atau keinginan penyamanan diri dari bawahan dengan
pemimpin yang di kagumi dan dihargainya.
Bab X
Kepemimpinan Demokrasi Dan
Kepemimpinan Abnormal
A. Pemimpin
Demokratis
Pemimpin demokratis dapat di golongkan menjadi dua
bagian yaitu sebagai berikut:
a. Pemimpin
demokratis tulen
Merupakan pembimbing
yang baik bagi kelompoknya. Dia mampu mendengarkan nasihat dan sugesti semua
pihak dan mampu memanfaatkan keunggulan setiap orang seefektif mungkin pada
saat-saat yang tepat. Dia sadar, bahwa dia tidak mampu bekerja seorang diri.
Karena itu dia perlu mendapatkan bantuan dari semua pihak. Dengan demikian,
organisasi yang dipimpinnya akan terus berjalan lancer sekalipun dia tidak ada
di tempat.
b. Pemimpin
demokratis palsu/pura-pura (pseudo-demokratis)
Mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut dia memang berusaha untuk bersikap demokratis. Akan tetapi
karena dia berkarakter lemah, merasa selalu bimbang dan tidak mempunyai
pendirian maka, penampilannya tidak jauh berbeda dengan si ”baby autocrat” (otokrat bayi).
B. Kepemimpinan
Abnormal
Jangan hendaknya kita mengidealisasi tokoh pemimpin
dengan sebutan-sebutan gagah perwira, bagus, berkepribadian sekokoh banteng,
dengan mata magnetis dan suara menggelegar bakaikan guruh dilangit, berwibawa,
jujur seperti dewa, dan atribut lainnya.
Yang paling penting ialah:
a. Pemimpin
yang baik dan bijaksana penuh rasa kemnanusiaan.
b. Tidak
menempatkan individu-individu yang egoistis
yang selalu mementingkan kepentingan sendiri dan “gila kekuasaan” sebagai pemimpin.
c. Lebih-lebih
lagi tidak mengangkat seorang pemimpin yang tidak mampu mengemban tanggung
jawab.
Sebab, orang yang gila kekuasaan adalah orang yang
sakit, yang ingin mengkompensasikan sifat-sifat bawahannya yang inferior
kedalam bentuk penguasaan terhadap orang lain.
Contoh pemimpin
yang abnormal yaitu:
Hilter, yang menderita kegilaan paronia. Secara
tepat dia merefleksikan aspirasi dan perasaan orang-orang Jerman yang ingin
bangkit kembali sesudah kekalahan dalam perang dunia ke I sebagai satu super-nation, yang kemudian membawa
Jerman kepada kehancuran, serta menyebar malapetaka yang tidak terperikan
besarnya di kalangan bangsa-bangsa yang tengah berperang.
Efisiensi
kepemimpinan lebih dikaitkan dengan sebagai berikut:
·
Tujuan human/manusiawi
·
Ongkos materiil dan ongkos immaterial
seberapa besar yang sudah dikeluarkan oleh organisasi atau lembaga.
Jalan yang terbaik untuk mendisiplinkan bawahan dan
rakyat banyak adalah sebagai berikut:
a. Para
pemimpin harus memberikan kecintaan, pengorbanan, teladan kejujuran, dan
kesederhanaan, sesuai dengan lahir dan batinnya. Mau bekerja keras untuk
kemakmuran sendiri saja.
b. Memberikan
kesempatan kepada setiap anak buah dan rakyat untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman yang demokratis, dengan jalan membiasakan mereka pada
tata cara yang bertanggung jawab.
c. Menginsafkan
setiap orang akan pentingnya tugas masing-masing, sehingga semuanya dapat
diselesaikan dengan tertib dan berdisiplin.
d. Rakyat
harus diberi kesempatan untuk belajar bertangggung jawab secara moril/susila,
demi kesejahteraan bersama dan belajar berpartisipasi aktif dengan kesdaran dan
disiplin diri yang tinggi.
Sebagai penutup bab 10, bahwa iklim demokrasi dengan
landasan filsafat pancasila sekrang ini jelas mendambakan adanya kesejahteraan
dan keadilan yang lebih merata. Maka semakin otoriter dan tiranik para pemimpin
pada eselon bawahan sampai paling atas dan di semua bidang, makin kuatlah tumbuhnya
kebutuhan rakyat kecil untuk melontarkan oposisi.
Bab
XI
Memilih
Dan Melatih Pemimpin Pembinaan Kepemimpinan Pemuda
A. Memilih
Calon Pemimpin
Menurut O. Jeff Harris orang-orang yang perlu
dipilih sebagai kandidat-kandidat atau calon pemimpin adalah sebagai berikut:
·
Kemauan untuk memikul tanggung jawab
Seorang pemimpin harus
berani memikul tanggung jawab bagi setiap tingkah lakunya, sehubungan dengan
tugas-tugas dan peranan yang harus dilakukan.
·
Memiliki kemampuan untuk menjadi
perseptif
Kemampuan untuk melihat
dan menanggapi realitas nyata.
·
Kemampuan untuk menanggapi secara
objektif
Objektivitas merupakan
kemampuan untuk melihat masalah-masalah secara rasional, impersonal tanpa
prasangka.
·
Kemampuan untuk menetapkan prioritas
secara tepat
Seorang pemimpin harus
benar-benar mahir memilih mana bagian yang penting dan harus didahulukan.
·
Kemampuan untuk berkomunikasi
Kemmapuan untuk
memberikan informasi dengan cermat, tepat, dan jelas.
B. Pembinaan
Kepemimpinan Pemuda Di Indonesia
Beberapa landasan bagi pembinaan kepemimpinan pemuda
di Indonesia, antara lain:
a. Landasan
Ideologi dan Konstitusional
Ø Landasan
ideologi
Pancasila sebagai
sumber hukum khususnya pemimpin pemuda sebagai penerus/pelanjut/pewaris
kepemimpinan bangsa harus melandasi ideologinya dengan jiwa pancasila.
Ø Landasan
konstitusional
Undang-undang Dasar
1945 merupakan dasar hukum tertulis yang tertinggi, dan merupakan perwujudan
kehendak pancasila secara konkret.
b. Landasan
Kultural
Merupakan sikap hidup
kekeluargaan dan kegotongroyongan sebagai nilai-nilai luhur kultural bangsa
Indonesia harus melandasi cara berpikir dan berperilaku pemimpin Indonesia.
c. Landasan
Strategis
Landasan strategis
dalam mewujudkan pelatihan kepemimpinan pemuda Indonesia adalah Garis-Garis
Besar Haluan Negara (TAP MPR No. IV/MPR/1978), antara lain:
Ø Pengembangan
generasi muda dan pembangunan nasional
Ø Pengembangan
wadah pembinaan generasi muda seperti: sekolah-sekolah, organisasi-organisasi
fungsional kepemudaan, pramuka, organisasi olahraga, dan lain-lainnya, harus
terus ditingkatkan.
Ø Perlu
adanya suatu kebijaksanaan nasional
d. Landasan
Operasional
Ø Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0323/1978, tentang pola dasar pembinaan
dan pengembangan generasi muda, yang memberikan penjelsan tentang landasan.
Ø Keputusan
Presiden No. 23 Tahun 1979 tentang badan koordinasi penyelenggaraan pembinaan
dan pengembangan generasi muda, merupakan perwujudan dari amanat GBHN.
C. Kegagalan
Dalam Proses Memilih Pemimpin
Kegagalan pemilihan dalam memilih calon pemimpin
dapat disebabkan oleh yaitu:
a. Kurang
tepatnya cara pemilihan calon pemimpin misalnya lewat sistem katabellete, pilih kasih, sistem kruiwagen, nepotisme, dan lain-lain.
b. Tanpa
melalui sistem tes secara objektif, seleksi dan pengujian fisik serta mental
terlebih dahulu.
c. Tugas-tugas
yang harus dipikul oleh “calon pemimpin” ada jauh di atas dayu-pikul dan
kapabilitasnya.
d. Tidak
diterima oleh bawahan, karena pimpinan yang diangkat tidak mampu menyesuaikan
diri dalam iklim sosial.
e. Perubahan
tugas atau mutasi yang mendadak dan
kurang adanya adaptasi.
D. Kriteria
Keberhasilan Kepemimpinan
Ada beberapa indikator yang dapat dijadikan sebagai
petunjuk keberhasilan kepemimpinan dalam organisasi sebagai berikut:
a. Meningkatnya
hasil-hasil produksi dan pemberian pelayanan oleh organisasi.
b. Semakin
rapinya sistem administrasi dan makin efektifnya manajemen.
c. Semakin
meningkatnya aktivitas-aktivitas manusiawi atau aspek sosial yang lebih human
sifatnya.
E. Program
Latihan
Untuk
dapat menyusun suatu program latihan yang tepat dan sukses yaitu:
a. Langkah
pertama yang perlu diambil ialah menentukan tujuannya harus jelas dan tegas.
b. Langkah
kedua ialah menentukan kebutuhan latihan yaitu segi-segi dan keterampilan apa
yang amat dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat menjadi pemimpin yang efektif.
c. Langkah
ketiga ialah memilih mata pelajaran yang tepat dan dapat memberikan motivasi
untuk mengadakan perubahan sikap, serta membangun kerja sama dengan semua
pihak.
Bab XII
Kepemimpinan Dan Masalah Konflik
A. Masyarakat
Modern Dan Konflik
Kehidupan dalam masyarakat modern, terutama
kehidupan kota-kota besar itu sifatnya serba tergesa-gesa, dipenuhi banyak
persaingan dan perlombaan hidup. Karena itu banyak muncul konflik-konflik
terbuka antara individu dengan individu lain.
B. Definisi
Konflik Dan Pendekatan Modern
Clinton
F. Fink mendefinisikan sebagai berikut:
a. Konflik
yaitu sikap-sikap emosional yang bermusuhan dan struktur-struktur nilai yang
berbeda.
b. Konflik
yaitu interaksi yang angtagonistis, mencakup tingkah laku lahiriah yang tampak
jelas, mulai dari bentuk-bentuk perlawanan halus, terkontrol, tersembunyi,
tidak langsung dan sampai pada bentuk perlawanan terbuka.
C. Dasar
Filsafi Dari Konflik Dan Pendekatan Pemimpin Pada Konflik
Untuk menangani konflik di semua bidang kehidupan,
orang mengembangkan tiga macam pendekatan pemimpin, yaitu:
a. Pendekatan
pemimpin yang tradisional
Pandangan
tradisional menyatakan, bahwa konflik itu sifatnya negatif, destruktif, dan
merugikan. Karena itu konflik harus di lenyapkan, demi kerukunan dan harmoni
hidup.
b. Pendekatan
pemimpin yang netral atau behavioral
Pandangan tradisional
kuno kemudian diikuti dengan pandangan behavioral, yang melihat konflik sebagai
cirri hakiki tingkah laku manusia yang berkembang sebagai built-in element. Dengan demikian, pandangan kaum behavioris merasionalisir konflik. Tujuannya untuk
mengurung, membatasi, dan menjinakkan konflik sebagai unsur “netral” atau unsur
biasa dan tidak berbahaya.
c. Pendekatan
pemimpin yang modern atau interaksionistis/interaksional
Kaum interaksionis
mengadakan pendekatan yang lebih positif dan lebih aktif. Mereka menyatakan
antara lain:
Ø Konflik
itu penting dan perlu dalam kehidupan
Ø Konflik
itu merangsang oposisi
Ø Orang
harus mengembangkan konflik manajemen
Ø Manajemen
konflik merupakan tanggung jawab pemimpin dan manajer.
D. Teknik
Meransang Timbulnya Konflik
Seni
mengelola konflik, dengan jalan sebagai berikut:
a. Membuat
standar-standar penilaian
b. Menemukan
masalah-masalah kontroversil dan konflik-konflik
c. Menganalisis
situasi dan mengadakan evaluasi terhadap konflik
d. Memilih
tindakan-tindakan yang tepat untuk melakukan koreksi terhadap penyimpangan dan
kesalahan-kesalahan.
Maka,
seni manajemen konflik dengan jalan:
a. Menstimulasi/merangsang
konflik
b. Mengendalikan
c. Menyelesaikan
secara sistematis tanpa menimbulkan banyak korban
E. Alat-Alat
Bagi Manaemen Konflik
Adapun alat-alat untuk mengatasi konflik-konflik
yang terjadi dalam organisasi atau masyrakat luas antara lain:
a. Memecahkan
masalah melalui sikap kooperatif
b. Mempersatukan
tujuan
c. Menghindari
konflik
d. Ekspansi
dari sumber energy
e. Memperhalus/memperlunak
konflik
f. Kompromi
g. Tindakan
otoriter
h. Mengubah
struktur organisasi dan struktur individual
Bab XIII
Pemimpin Dan Kepemimpinan Mahasiswa
Pemimpin dan kepemimpinan mahasiswa memainkan peranan
penting dalam rangka pembaharuan negara, ditengah gerakan pembangunan, bahkan
juga pada masa-masa pemberontakan dan revolusi. Hal itu disebabkan karena para
mahasiswa dan pemimpin-pemimpin mereka itu pada kenyataannya merupakan kekuatan
sosial, kekuatan moral, dan kekuatan politik baik di negara-negara maju maupun
dinegara-negara berkembang.
Untuk memahami kondisi mahasiswa dengan berbagai
aktivitas dan pola kepemimpinannya, kita coba melakukan pendekatan dari
beberapa segi untuk menganalisis kegiatan mereka.
1. Pendekatan
Psikologis
Pendekatan ini
mendasarkan analisisnya mengenai adanya pengaruh-pengaruh yang bersifat menekan
yaitu :
a. Pengaruh
keluarga, yang cenderung semakin acuh tak acuh terhadap pendidikan anak
keturunannya sendiri, disebabkan kegiatan mencari penghasilan untuk keluarganya
dan pola kebebasan untuk menyibukkan diri, serta mendapatkan kesenangan diri.
b. Adanya
tekanan-tekanan sosial dari masyarakat modern terhadap orang-orang muda (berkat
banyaknya informasi, pendidikan, teknologi dan industrialisasi) sehingga mejadi
cerdas, mahir secara teknis, modern dan progresif.
c. Adanya
tekana-tekanan politik yang menempatkan para mahasiswa dan orang-orang muda
pada posisi marginal serta pengucilan mereka dari macam-macam
posisidecision-making yang bertanggung jawab.
d. Adanya
tekanan dari kebudayaan masyarakat makmur yang mengakibatkan pola hidup santai,
mau hidup senang tanpa payah segan berusaha atau bekerja.
e. Oleh
proses pendewasaan diri dengan beralihnya status anak puber dan adolesens pada
taraf kedewasaan, yang melalui menemukan identitas atau jati dirinya dan
pemantapan nilai-nilai yang akan dianutnya sepanjang hidup.
2. Pendekatan
ekonomis
Pendekatan ekonomis
menitikberatkan adanya jurang si kaya dan si miskin, yang menimbulkan banyak
kecemburuan sosial, ketegangan sosial, ketidakadilan, dan masalah-masalah
sosial yang diwarnai kesengsaraan rakyat miskin.
3. Pendekatan
secara sosiologis
Pendekatan ini
menitikberatkan terbentuknya kelompok mahasiswa menjadi kekuatan sosial.
Kekuatan eliter, dan kekuatan politik .
4. Pendekatan
politik
Secara menyoroti
motivasi dan ideologi politik yang mendorong aksi-aksi mahasiswa. Khususnya
membahas lambannya pertumbuhan lembaga-lembaga politik yang tidak mampu
menampung aspirasi para mahasiswa.
I. Tipe
Pemimpin Mahasiswa
Tipe
pemimpin mshasiswa dapat dibagi dalam beberapa penggolongan, yaitu sebagai
berrikut :
a. Pembagian
menurut sifat kepemimpinannya, ialah otoriter atau otoritatif yang demokratis
dan laissez faire.
b. Pembagian
menurut status atau kedudukan: solider atau berdasarkan prinsip pilihan dan
solidaritas kelompok yang resmi dan pemimpin konsultan.
c. Pembagian
menurut bidang interstnya : murni ilmiah, sosial politik dan rekreatif.
1. Pemimpin
mahasiswa yang otoriter, sifatnya keras tidak boleh disanggah, dan
mengharuskan. Kekuasaannya berlangsung lewat kekuatan dan penekanan/ pressi kepada anggotanya.
Komunikasi berlangsung satu arah, yaitu dengan perintah dan komando. Pemimpin
tidak menghendaki krirtik dan usul-usul. Kekuatan pemimpin itu terletak pada
kemauan yang keras, ide-ide dan rencana sendiri yang dianggap cukup berhasil,
kerahasiaan dan disiplin kerja yang keras.
2. Pemimpin
mahasiswa yang demokratis mendasarkan interaksinya pada kerja sama, kebebasan
yang teratur, pemberian kesempatan kepada semua anggota organisasi untuk
berpartisipasi secara aktif, dan menyumbangkan ide-ide yang konstruktif.
3. Pemimpin
mahasiswa yang laissez fairemembiarkan
semua orang bertingkah laku semau sendiri, sedangkan pemimpin tidak memberikan
perintah, pengarahan atau bimbingan organisatoris. Dia tidak pernah berani
mengambil keputusan dan organisasinya mirip “ular tanpa kepala”.
4. Pemimpin
solidaritas bersikap solider (kompak, setia kawan) dan mencoba mengidentifikasikan
diri dengan semangat dan harapan anggota-anggota kelompoknya. Dia dipilih dan
diangkat oleh anggota-anggota kelompoknya melalui aturan yang telah disetujui
bersama.
5. Pemimpin
resmi, tidak langsung dipilih oleh anggota kelompok, tetapi ditunjuk secra
resmi oleh pimpinan jurusan, fakultas atau universitas. Mereka direstui oleh
atasan resmi (lembaga) untuk emimpin kelompoknya dengan mengemban misi-misi
khusus.
6. Pemimpin
konsultan itu berfungsi sebagai penasihat dan pengarah baik untuk organisasi
sendiri , maupun organisasi dan lembaga-lembaga diluarnya. Tugasnya ialah
mendidik, mendorong, memberikan motivasi dan nasihat, mengembangkan sikap-sikap
mental, menanamkan ide-ide/ ideologi dan pengetahuan baru.
7. Pemimpin
murni ilmiah lebih mengkonsentrasikan diri pada prestasi olmiah, kegiatan
kurikuler. Studi kelompok, eksperimen-eksperimen, dan penelitian ilmiah. Juga
mnegadakan studi tour, karyawisata, diskusi-diskusi, menghadiri seminar dan
konferensi ilmiah.
8. Pemimipin
yang berorientasi kemasyarakatan ( pada masalah sosial) disamping itu juga
meminati masalah-masalah politik yang muncul ditengah masyarakat. Gejolak
politik yang aktual, penindasan terhadap rakyat, dan perilaku yang tidak adi,
juga kelemahan lembaga-lembaga politik serta pemerintah dijadikan objek minat
atau topik pembahasan mereka, kemudian melakukan aksi-aksi tertentu.
9. Tipe
pemimpin yang berorientasi pada rekreasi dan pola bersantai-santai. Anggota
kelompoknya sebagian besar terdiri dari anak-anak kaum elit, orang-orang kaya,
dan putera-puteri pejabat yang tengah naik daun menduduki posisi yang basah.
II. Peranan
Mahasiswa Di Panggung Politik Dan kepemimpinannya
Predikat
umum dari mahasiswa itu antara lain ialah muda, dinamis, energik, berani tanpa
vested interest karena belum berkeluarga, lebih terbuka terhadap pendapat orang
lain dan inteligent. Oleh karena pikirannya yang kritis dan penalaran yang
bebas, dismaping tegar dalam pendiriannya, maka maka pemimpin dan kepemimpinan
mahaiswa itu sering dicurigai oleh pihak resmi. Ada kalanya timbul pertentangan
antara pihak pemerinatah kontra kampus.
Selanjutnya
modernisasi di negara-negara yang tengah berkembang itu memunculkan
kelompok-kelompok sisial baru, kesadaran sosial, dan kesadaran politik. Maka
oleh perluasan sistem pendidikan , jumlah mahasiswa menjadi semakin banyak,
dengan pemikiran kesadaran sosial dan politik yang semakin meningkat.
Modernisasi itu menambah tebalnya kesadaran politik, jumlah organisasi,
kesatuan-kesatuan ideologi baru, dan aksi-aksi politik. Oleh karena itu, tampaknya
ada relasi langsung antara mobilisasi sosial politik dengan ketidakstabilan
politik.
Maka
suara mahasiswa adalah suara yang membela, penuh pengingkaran dan
ketidaksetujuan. Oleh karena itu orang menyebutkan : jika presiden merupakan
simbol kekuasaan/ otoritas, maka gedung “serikat mahasiswa” dalah lambang dari
revolusi.
Oposisi
dikalangan mahasiswa dengan pemimpin pemimpinnya itu pada banyak peristiwa
tidak disebabkan oleh kekurangan-kekurangan materil, akan tetapi pada umumnya
bersumber pada :
1. Tidak
adanya sekuritas psikologis.
2. Rasa
bersalah keterasingan terhadap rakyat kecil.
3. Oleh
kegelisahannya dalam usaha mencari jati diri/ identitas sendiri atau status
sosialnya.
Oleh
kemudaan dan ketidaksabarannya, mereka ingin adanya reformasi sosial dan
perbaikan masyarakat secara drastis, dan menuntut partisipasi aktif dalam
rekonstruksi umum terhadap masyarakat. Hal ini jelas merupakan sasaran utopis,
dan tuntutan mereka itu jarang dapat dipenuhi oleh pemerintah.
Setelah
kita telaah kondisi mahasiswa tersebut kita memahami bahwa kepasifan mahasiswa
dengan sikap yang apatis terhadap kemajuan, dan ketidakpedulian terhadap
kondisi lingkungan sekitar itu tidak kita kehendaki. Oleh karena itu perlu
pengarahan kegiatan mahasiswa dan pembinaan kepemimpinan mahasiswa masih
diperlukan, yaitu diarahkan kepada :
1. Kerja
– kerja yang produktif.
2. Rekayasa
yang konstruktif di tengah usaha pembangunan.
3. Pengabdian
pada rakyat menuju pada kondisi sosial yang makmur dan lebih adil.
Bab
XIV
Kepemimpinan
Militer
1.
Kepemimpinan
militer Dengan Sifat-Sifatnya
Peranan militer dimasa revolusi dalam bentuk
konfrontasi fisik melawan tentara Belanda, tidak diragykan lagi yaitu sejak
1945 sampai tercapai kemerdekaan penuh ditahun 1950 sebagai Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Juga peranan militer/ ABRI
sebagai bhayngkara negara hingga 1958 dalam menjamin keamanan dan
kestabilan negara.
Disaat itu dirasakan oleh akum militer adanya
kehidupan politik yang tidak sehat dan sangat kacau, disebabkna oleh multi
partai sehinnga terasa urgensinya kelompok militer untuk ikut memperbaiki
perlembagaan politik dan pelurusan jalannya usaha-usaha pembangunan.
Tokoh-tokoh militer mulai banyak ditempatkan dilembaga-lembaga politik.
Keterlibatan politik dari militer ini pada intinya
bukan disebabkan oleh penonjolan fungsi kemiliterannya, akan tetapi lebih
banyak didorong oleh :
1. Keinginan
untuk mengadakan reformasi sosial dan modernisasi politik yang lebih sehat.
2. Etik
emberikan pelayanan umum yang lebih baik, yang sangat didukung oleh kemampuan
teknis, administratif, dan manajerial yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kemampuan orang-orang sipil.
3. Fungsi
kebhayangkarian dalam wujud pengabdian yang heroik dan kesatriaan, untuk
menegakkan keamanan dan ketentraman umum.
4. Adanya
esprit de corps dengan kohesi internal yang sangat kuat.
Oleh
karena itu, peranan militer dan kepemimpinannya itu pada hakikatnya bukan
merupakan penonjolan karakteristik sosial-militer, akan tetapi merupakan respon
(reaksi) dan struktur politik dan struktur institusional masyarakat yang belum
mapan benar, yang masih lemah, berantakan, kisruh, dan kacau.
Namun
satu keunggulan militer dibanding dengan organisasi sosial dan lemaga
pemasyarakatannya lainnya ialah militer dapat menjalankan pemerintahan juga
mampu mengontrol dan menggunakan kekuatan-kekerasan (dengan senjata dan
pasukan) untuk memerintah negara dan menguasai rakyat.
Selanjutnya
kepemimpinan militer itu sangat efisien dan dinamis, sedangkan dalam keadaan
kritis serta masa perang, kaum militer
cenderung menjadi semakin otoriter dan semakin keras.
Sifat-sifat
kepemimpinan militer yang sangat menonjol antara lain :
1. Otoriter
lewat komando dan asas sfisiensi.
2. Ada
disiplin tinggi dan esprit de corps yang kuat, serta pengabdian penuh pada
tugas-tugas.
3. Interaksi
searah, disertai kepatuhan total terhadap komando dengan penentuan tugas-tugas
yang jelas dan rasa tanggung jawab yang besar.
4. Memiliki
stamina (daya tahan) fisik dan mental yang tinggi/ kuat berkat latihan-latihan
rutin setiap hari , cermat teliti.
5. Memiliki
loyalitas dan integritas tinggi yang dilambari sifat kejujuran.
6. Bersikap
selau terbuka terhadap perubahan, progres/ kemajuan, ide-ide baru, inovasi dan
modernisasi.
7. Efisiensi
secara teknis dan taktis, disamping kompeten dalam pendidikan dan pertempuran
atau perang.
8. Kompetensi
tersebut mengarah pada profesionalisasi, dengan kemampuan manajerial serta
kemampuan tempur yang semakin tinggi.
2.
Kepemimpinan
Militer Di Tengah Masysrakat
Di masa perjuangan fisik merebut kemerdekaan negara
kita, tenra rakyat memainkan peranan besar sekali. Tentara pada masa itu
terdiri dari pemuda=pemuda golongan kelas menegnah dan yaitu pelajar,
mahasiswa, pegawai-pegawai muda, pemuda-pemuda kampung dan desa (terutama para
santri dari desa dan kota-kota kecil) serta sukarelawan – sukarelawan lainnya.
Motivasi menjadi tentara ialah loyalitas pada bangsa dan tanah air, dengan
status sukarelawan yang tidak dibayar.
Para pemimpin militer itu pada awal perjuangan tidak
diangkat oleh pemerintah, akan tetapi muncul secara alami atas kemauan sendiri.
Baru kemudian berkat jasa dan keberaniannya, mereka diakui sebagai pemimpin
atau “komandan” oleh kawan-kawan seangkatan. Pada umumnya mereka adalah
pemuda-pemuda yang intelijen, paling berani, sehat-kuat badan serta mentalnya,
nekad, dan paling bersemangat.
Bagi pihak militer sendiri, asistensinya dilembaga
eksekutif, legislatif dan politik itu mendorong kuat mereka untuk memerankan
kedwifungsiannya, yaitu disektor pertahanan keamanan dan dibidang sosial-politik.
Hal ini terutama didukung oleh faktor-faktor yang menguntungkan, yaitu :
1. Adanya
kohesi dan esprit de corps yang kuat dikalangan tentara.
2. Mereka
memiliki kemahiran yeknis dan manajerial yang tinggi berkat pendidikan didalam
dan diluar negeri, ditambah pengalaman dilapangan dengan tugas teritorial dan
tugas bertempur.
3. Memiliki
semangat 1945, keheroikan (berkat pengalaman perjuangan fisik), dan etos
pemberian pelayanan umum kepada rakyat dengan kesadaran sosial yang tinggi.
Keterlibatan
pemimpin-pemimpin militer dalam politik itu biasanya merupakan reaksi daru dua
situasi yaitu :
1. Meningkatnya
konflik-konflik diantara partai-partai politik dan kelompok-kelompok sosial.
2. Menurunnya
atau lemahnya efektifitas dan legitimitas institusi-institusi politik, karena
tidak mampu menjalankan fungsi-fungsinya.
Maka
dwifungsi dari pemimpin militer pada awal masa modernisasi itu ialah :
1. Membangun
pasukan tentara/ army yang tersentralisasi dan rasional, serta loyal pada
bangsa dan negara.
2. Membangun
sistem birokrasi pemerintahan yang bersih dan efektif.
Pada
masa awal modernisasi tadi, peranan kebhayangkarian/ guardian selaku pengawal
pemerintah/ negara dari kepemimpinan militer tersebut cukup rasional.
Pemimpin-pemimpin militer tidak menganggap dirinya sebagai pencipta orde
politik dan pencipta moderniats, akan tetapi meyakini fungsi mereka sebagai
bhayangkari negara, sebagai agen pemurni dari orde yang ada dan sebagai
stimulator dalam pembangunan.
Bab XV
Pemimpin Dan Kepemimpinan Indonesia
Karakteristik Kepemimpinan
1.
Kepemimpinan
Pancasila
Agar mampu melaksanakan tugas kewajibannya, pemimpin
harus menjaga kewibawaannya. Dia harus memiliki kelebihan-kelebihan tertenu
bila dibanding dengan kualitas orang-orang yang dipimpinnya. Kelebihan itu
terutama meliputi segi teknis, moral, dan semangat juangnya. Beberapa kelebihan
tersebut antara lain ialah faktor-faktor sebagai berikut :
a. Sehat
jasmaninya, dengan energi yang yang berlimpaah-limpah, keyuletan dan ausdauer
tinggi.
b. Memiliki
integritas kepribadian, sehingga dia matang, dewasa, bertanggung jawab, dan
susila.
c. Rela
bekerja atas dasar pengabdian dan prinsip kebaikan, serta loyal terhadap kelompoknya.
d. Memiliki
intelijensi tinggi untuk menanggapi situasi dan kondisi dengan cermat,
efisien-efektif, memiliki kemampuan persuasi, dan mampu memberikan motivasi
yang baik kepada bawahan.
e. Mampu
menilai dan membedakan aspek yang positif dari yang negatif dari setiap pribadi
dan situasi agar mendapatkan cara yang palin efisien untuk bertindak.
Ada
beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi oleh kepemimpinan pembangunan dan para
pejabat pada para aparatur pemerintah, yaitu :
a. Kepemimpinan
dalam era pembangunan nasional harus bersumber pada falsafah negara, yaitu
Pancasila.
b. Memahami
benar makna dari perencanaan, pelaksanaan, dan tujuan pembangunan yang ingin
dicapai.
c. Diharapakan
agar kepemimpinan Pancasila mampu
menggali inti sari dari nilai-nilai tradisional kuno yang tinggi peninggalan
para leluhur dan nenek moyang.
2.
Sumber
Kepemimpinan Pancasila
Hal-hal yang dapat dianggap sebagai sumber
kepemimpinan Pancasila antara lain berupa :
a. Nilai-nilai
positif dari modernisme.
b. Intisari
dari warisan pusaka berupa nilai-nilai dan norma –norma kepemimpinan yang
ditulis oleh para nenek moyang, raja, pujangga-pujangga kraton, pendeta,
pejuang bangsa yang masih relevan.
c. Refleksi
dan kontemplasi mengenai hakikat hidup dan tujuan hidup bangsa pada era
pembangunan dan zaman modern, sekaligus juga refleksi mengenai peribadi selaku
“manusia utuh” yang mandiri dan ertanggung
jawab dengan misi hidupnya masing-masing.
Selanjutnya
pada tingkat, jenjang serta dibidang apapun, pemimpin harus mempunyai landasan
pokok berupa nilai-nilai moral kepemimpinan, seperti yang telah diwariskan oleh
nenek moyang bangsa Indonesia. Keempat macam landasan pokok kepemimpinan itu
ialah :
1. Landasan
diplomasi (bersumber pada ajaran almarhum Dr. R. Sosrokartono)
a. Sugi
tanpa banda (kaya tanpa harta benda)
b. Nglurung
tanpa bala (melurung tanpa balatentara)
c. Menang
tan ngasorake (menang tanpa mengalahkan)
d. Weweh
tanpa kelangan (memberi tanpa merasa kehilangan)
2. Landasan
kepemimpinan :
a. Sifat
ratu/ raja : bijaksana, adil, ambeg pramarta, konsekuen dalam janjinya.
b. Sifat
pandita : membelakangi kemewahan dunia, tidak punya interest-interes, dapat
melihat jauh kedepan/ waskita.
c. Sifat
petani : jujur, sederhana, tekun, ulet, blaka.
d. Sifat
guru : memberikan teladan yang baik.
3. Landasan
pengabdian
a. Rumangsa
handarbeni (merasa ikut memiliki negara)
b. Wajib
melu angrungkebi (wajib ikut membela negara)
c. Mulat
sarira hangrasa wani ( mawas diri untuk bersikap berani)
4. Landasan
kebijaksanaan (sri Sultan Iskandar Muda dari Aceh, 5-P)
a. Peusiap
: persiapan, pengumpulan data dan kearifan.
b. Peubanding
: perbandingan, penelaahan, pembahasan.
c. Peunilaian
: penilaian.
d. Peutunjuk
: petunjuk sesepuh dan “petunjuk” dari Tuhan.
e. Peuputoh
: pengambilan keputusan terakhir.
3.
Kepemimpinan
Pembangunan
Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah
pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Landasan pelaksanaan pembangunan nasional adalah Pancasila dan UUD 1945.
4.
Karakteristik
Kepemimpinan Pemuda Indonesia
Pembinaan generasi muda itu bertujuan untuk
mempersiapkan mereka menjadi calon-calon pemimpin yang tangguh, berkepribadian
Pancasila, berdisiplin nasional, memiliki rasa harga diri dan martabat diri
yang tinggi, serta kokoh jiwa kesatuan nasionalnya. Dalam usaha penyiapan tenaga kepemimpinan
yang muda-muda, dirasakan perlu adanya latihan/training kepemimpinan, di dalam
konteks kepemimpinan berkepribadian Indonesia, berlandaskan Pancasila dan UUD
1945 (sebagai panutatan). Latihan kepemimpinan ini mencakup juga latihan
keterampilan sosial untuk berkomunikasi dengan sesama warga negara, untuk
membangun masyarakat dan negara kesatuan dan merupakan perwujudan dari kebijakan
nasional tentang kepemudaan secara terpadu dan menyeluruh.
Bentuk kepemipinan yang khas yang dikehendaki ada
pada kaum muda adalah kepemimpinan yang berorientasi pada kekaryaan. Artinya,
kepemimpinan tersebut mempunyai kemampuan-kemampuan sebagai berikut :
1. Bisa
memberikan dan mengembangkan motivasi-motivasi untuk berkarya dan membangun.
2. Mampu
menggerakkan orang lain, sehingga mereka mau dan rela secara bersama-sama
mencapai satu tujuan.
3. Sanggup mempengaruhi dan meyakinkan orang
lain, sehingga mereka menyadari akan urgensinya pembangunan.
4. Tulus
dan ikhlas melaksanakan usaha pembangunan melalui perbuatan konkret dan
keteladanan/keutamaan.
Ciri-ciri
kepemimpinan karya :
1. Bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Setia
dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
3. Berkepribadian
dan berbudi pekerti luhur, bersifat kesatria.
4. Kuat
mental dan moralnya serta berkecerdasan tinggi.
5. Tangguh,
berdisiplin dan kreatif.
Ciri-ciri
keterampilan sosial :
1. Mampu
berorganisasi, menyusun rencana, melaksanakan serta mengkoordinasikan semua
kegiatan/ karya, sesuai dengan program pembangunan yang telah ditentukan.
2. Berani
bertanggungjawab atas semua tindakan dan tingkah lakunya, sanggup dengan cepat
mengambil keputusan yang bijaksana.
3. Mampu
mengelola semua bentuk karya/ kerja membangun cesara tepat guna (efisien,
efektif, administratif) semua tenaga manusia, sarana, material serta waktu.
4. Sanggup
berwiraswasta dan makarya.
5. Mampu
meningkatkan dan memperluas peranan generasi muda disegala sektor kehidupan.
SUMBER :
Kartini Kartono. 1982. Pemimpin dan Kepemimpinan. Bandung: PT
Raja Grafindo Persada